Selasa, 15 Februari 2011

mengajar etika dalam pendidikan jasmani

Pengajaran Etika dalam pendidikan jasmani 

Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah 
laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani 
harus mencoba mengajarkan  etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, 
yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak. 
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter 
bangsa Indonesia serta kepribadian utuh  anak, selain harus dilakukan oleh 
setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan 
nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu : 
1. Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial 
terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat 
luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga  13
kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan 
penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin 
menanamkan nilai keadilan kepada para  peserta didik, tetapi di 
lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai 
bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana 
yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli 
soal, mark up nilai, pemaksaan pembelian buku dsb)  
2. Tindakan nyata dan penghayatan hidup  dari para pendidik atau sikap 
keteladanan mereka dalam menghayati  nilai-nilai yang mereka ajarkan 
akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada 
peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan 
hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan 
sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani. 
3. Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu 
jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun 
non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku 
positif dalam hidup bersama dengan orang lain,  baik dalam keluarga, 
sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran 
dimulai, guru menegaskan  bila anak tidak mengikuti pelajaran karena 
membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi. 
4. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku 
positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya 
dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan 
untuk di lakukan. 
5. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, 
organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, teater, 
dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan 
kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam 
dengan peserta didik. Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga