Sabtu, 21 Agustus 2021

KONEKSI ANTAR MATERI COACHING

KONEKSI ANTAR MATERI COACHING

Oleh:

 Ilham Maulana

A.      Kesimpulan

Sebagai seorang guru, hendaknya kita juga berperan sebagai coach mengapa? Ya, karena sejatinya peran guru adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi)  agar mencapai keselamatan dan kebahagaiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Lalu apa itu coaching? Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi,berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Murid kita disekolah mempunyai potensi yang berbeda-beda, tugas guru adalah untuk memfasilitasi mereka agar berkembang. Kompetensi dasar yang harus kita miliki agar menjadi coach yang hebat bagi murid-murid adalah:

1.      Keterampilan membangun dasar proses coaching

2.      Keterampilan membangun hubungan baik

3.      Keterampilan berkomunikasi

4.      Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Dari keempat kompetensi dasar di atas, sangat erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Mengapa? Karena dalam proses coaching sendiri membutuhkan pendekatan sosial dan emosional kepada murid. Dimana kita harus bisa membangun hubungan baik, berkomunikasi yang baik dengan murid, dan memahami kebutuhan-kebutuhan tiap murid. Jadi dengan menguasai teknik-teknik pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial-emosional, dan coaching, guru telah siap untuk memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Karena dari ketiga pembelajaran tersebut semuanya berpusat pada murid.

Proses coaching berbeda dengan mentoring dan konseling. Seorang coach (pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching)  tidak langsung memberikan solusi atas permasalah yang dihadapi oleh coachee (penerima kegiatan dan manfaat dari kegiatan coaching) melainkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan rangsangan atau pemantik agar coachee menemukan alternatif solusinya sendiri.

 Model coaching yang banyak digunakan adalah TIRTA. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA kepanjangan dari:

T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

 

B.       Refleksi

 

Untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid ternyata tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu kerja keras dan komitmen dari seorang guru untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Salah satu caranya yaitu dengan terus meningkatkan kompetensinya. Guru dituntut untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan belajar tiap murid yang berbeda-beda dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus bisa mengenali emosi dan membangun hubungan sosial-emosional dengan murid, dan juga guru harus bisa menjadi seorang coach bagi murid-muridnya dalam rangka mengembangkan segala potensi yang ada pada murid. Guru yang berperan sebagai coach menunjukan sebuah pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk itu marilah kita semua belajar dan terus belajar demi kemajuan dan perkembangan murid-murid kita.