Rabu, 21 Juli 2021

1.4.a.10.1 Aksi Nyata - Budaya Positif

 

1.4.a.10.1 Aksi Nyata - Budaya Positif


Latar belakang tentang situasi yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak  
Program guru penggerak dirancang dengan menitikberatkan pada kualitas pelatihan dan pendampingan. Tujuannya agar peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang berdaya dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Untuk menjadi guru penggerak, harus mengikuti tahapan yang telah ditetapkan, mulai dari proses seleksi yaitu administrasi,,tes bakat skolatik, tes mengajar, dan tes wawancara . Peserta yang lolos seleksi akan mengikuti serangkaian pelatihan selama sembilan bulan yang meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan.

    Guru Penggerak harus memberikan dampak kepada guru-guru lain serta dampak kepada sekolahnya. Seorang guru bukan hanya dituntut untuk mengajar materi guna mencapai kompetensi pembelajaran dan mengutamakan kognitif siswa saja tetapi menggali potensi diri siswa untuk pembentukan karakter. 
Selama menjalankan pendidikan guru penggerak tugas mengajar di sekolah harus tetap dijalankan. Proses pendidikan guru penggerak yang telah berjalan hampir 2 bulan ini mempelajari bagaimana menciptakan pembelajaran yang berpihak pada siswa, termasuk cara membangun budaya positif di sekolah. Berpijak pada filosofi Ki Hajar Dewantara yang menghadirkan tiga kata kunci yang perlu diterapkan bagi seorang guru, yaitu teladan, motivasi, dan berdaya atau merdeka inilah yang menjadi pedoman bagi saya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.

    Untuk itu saya melatih murid agar berani untuk menyampaikan ide atau gagasan dengan membuat suatu kesepakatan kelas. Suasana belajar yang menyenangkan berdampak pada kondisi psikologi siswa. Siswa lebih bisa berkonsentrasi dan aktif dalam proses belajar mengajar di kelas ketika secara psikologi dia merasa nyaman dan senang.

Deskripsi Aksi Nyata yang dilakukan

    Untuk dapat melihat perkembangan dari pembelajaran modul 1.4 yang telah diikuti melalui LMS CGP melakukan suatu aksi nyata di sekolah untuk dapat menerapkan budaya positif. Saya melakukan suatu bentuk aksi nyata dengan memulai melatih murid dengan  membuat kesepakatan kelas. Sebelumnya saya menyusun langkah-langkah dalam membuat kesepakatan kelas sebagai berikut :

1. Secara kolaboratif menentukan budaya positif yang akan dikembangkan
2. Guru meminta murid menuliskan apa yang mereka pikirkan dan inginkan tentang kelasnya      dalam            belajar.
3. Murid menuliskan tentang kelas impian mereka.
4. Guru meminta murid menempelkan hasil pemikirannya di papan tulis, dengan bantuan salah seorang          murid, hal-hal yang telah ditulis tentang kelas impiannya dibaca satu per satu.
5. Guru mengajak murid berdiskusi membahas impian-impian tentang kelasnya yang sudah mereka tulis untuk menemukan kesamaan yang mereka miliki. Lalu membuat daftar kesamaan yang telah didiskusikan.
6. Guru memandu murid mengklasifikasi hal-hal yang dianggap paling penting untuk
disepakati bersama.
7. Guru memastikan semua murid ambil bagian dalam kegiatan kesepakatan kelas ini.


Hasil Kesepakatan Kelas Dalam Bentuk Poster

    Tantangan dalam membuat kesepakatan kelas adalah masih ada murid yang malu-malu dalam meyampaikan ide atau gagasannya. Sedangkan keberhasilan yang dicapai selama proses membuat kesepakatan kelas murid berani berpikir kritis dan banyak ide yang mereka sampaikan sesuai keinginannya. Lewat kesepakatan kelas,  murid sekaligus belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri. 

Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang 

    Setelah didapatkan suatu keyakinan akan kesepakatan kelas yang telah dibuat , dan untuk mengingatkan siswa saya berencana untuk membuatkan poster yang akan ditempel didalam ruangan kelas dan lingkungan sekolah, kemudian melakukan hasil kesepakatan kelas tersebut seperti gerakan menjaga kebersihan kelas dan lain-lainny.,serta melakukan refleksi dari hasil kesepakatan kelas. 

    Adapun hasil yang diharapkan adalah : komunikasi efektif guru untuk memotivasi siswa agar dapat menjalankan kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama, Memberikan motivasi, apresiasi dan rewards kepada siswa yang telah menjalankan kesepakatan kelas sebagai bentuk dari budaya positif

Ditulis Oleh :
PGP-Angk2-Kabupaten Pandeglang-Ilham Maulana-1.4-Aksi Nyata


Senin, 28 Juni 2021

KONEKSI ANTAR MATERI BUDAYA POSITIF SEBAGAI KEBIASAAN BAIK DI SEKOLAH

 apa yang saya pelajari dan ketahui dari beberapa modul serta keterkaitan materi selama ini

1.2 membahas tentang nila-nilai dan peran guru penggerak. Nilai yang harus dimiliki ada lima indikator yaitu mandiri, refleksi, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Sedangkan lima peran guru yang telah kita bahas bersama adalah menjadi pemimpin pembelajaran, membangun komunitas praktisi, menjadi coach pada komunitas di sekolah atau komunitas lainnya, megembangkan diri sendiri dan orang lain serta pembelajaran yang berpihak pada murid.Melalui modul ini diharapkan mampu melahirkankan generasi emas yang berlandaskan pada enam Profil Pelajar Pancasila

modul 1.3 Mejelaskan tentang visi guru penggerak. Visi merupakan sebuah pandangan atau rencana dalam jangka panjang yang ingin dicapai oleh organisasi tertentiu, misalnyasekolah. Melalui pembelajaran modul ini diharapkan guru penggerak memiliki visi ke depan yang menjadi cita-cita bersama agar tujuan dari pada pendidikan tersebut dapat tercapmodul

 1.4 menggambarkan bagaimana menumbuhkan budaya positif dengan peran guru sebagai manajer melakukan kontroling terhadap peserta didiknya dalam melakukan aktifitas pembelajaran yang didasari oleh nilai-nilai budaya positif melalui kesepakatan kelas. Guru berperan sebagai teladan dengan memberikan contoh dan perilaku-perilaku yang dapat menumbuhkan budaya positif melalui dispel positif yang bisa diterapkan pada kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas dirancang melalui interkasi antara gru dengan peserta didik, mengedepankan keterbuakaan dan bukan paksaan. Setiapakesepakatan bukan hasil kemauan guru, melainkan berasal dari peserta didik. Kalimat yang digunakan berupa kalimat positif yang diharapkan memberikan kesan baik dari mereka. 



Senin, 21 Juni 2021

KESEPAKATAN KELAS VIII G SMP NEGERI 1 MENES

 KESEPAKATAN KELAS




1. Apa keinginanmu jika bersekolah? 

2. Teman bagaimana yang kamu inginkan? 

3. Guru bagaimana yang kamu inginkan? 

    Dari tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada murid-murid, saya mendapat respon yang beragam dengan ekspresi yang menyenangkan. Mereka menjawab dengan senang hati dan dengan waktu 10 menit semua sudah selesai dan terkumpul di meja saya. Celetukan yang saya ingat adalah, “Pak… Saya ingin jadi guru yang seperti Pak Bambang…” “Kenapa begitu?” jawab saya. “Karena Pak bambang selalu tersenyum kalo kita berbuat kesalahan.” Padahal saya juga bisa memasang raut wajah marah :-) ”Terima kasih ya Nak,” jawab saya dengan senyum kembali. Setelah semua terkumpul, murid-murid saya mengerjakan tugas yang lain sementara saya mengidentifikasi apa sajakah yang mereka inginkan dari ketiga pertanyaan yang saya ajukan. Setelahnya saya bacakan apa saja yang menjadi keinginan mereka. 

    Setelah saya membacakan dan menuliskan di papan tulis hasil identifikasi keinginan anak-anak, kami pun membahas tentang tata tertib saat pelajaran berlangsung. Waaaaaa....Riuh rendah dengan banyak teriakan anak-anak mengungkapkan yang dikerjakan dan diinginkan. Semua berebut untuk menjawab. Nah… berawal dari kegaduhan yang sangat menarik saya mengarahkan untuk bergantian menjawab dan mendengarkan terlebih dahulu apa yang disampaikan teman-temannya. Akhirnya terdapat beberapa hal yang menjadi topik utama untuk dibahas dan muncullah dari saya istilah baru “Kesepakatan Kelas”. 

Aku terbiasa    :

1. Berdoa sebelum dan seduah melakukan sesuatu 

2. Menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya

3. Berbicara sopan dan bekerja sama dengan siapapun

4. datang tepat waktu dan berpakaian rapi.


    Konsekuensi yang harus diterima jika kesepakatan kelas tersebut tidak dilaksanakan adalah: 

1. Jika masih banyak sampah di kelas, kelas tidak bersih, maka semua murid harus membersihkan kembali sepulang sekolah. 

2. Jika meletakkan barang tidak pada tempatnya, maka saya mengingatkan agar mereka mau meletakkannya di tempat yang sesuai dengan  memberikan penekanan kata, “Jika barang bisa kamu letakkan dengan benar dan rapi apa manfaatnya?” 

3. Jika secara sengaja atau tidak sengaja berbicara tidak sopan, maka mereka harus memuji setiap orang atau teman yang ditemui selama satu hari 

4. Jika masih menunjukkan sikap tidak menghargai seperti tidak mendengarkan guru atau teman yang sedang berbicara maka ia akan berpindah tempat duduk paling depan atau dipisahkan dengan kelompoknya sampai jam istirahat atau pulang sekolah. 

5. Kerjasama adalah saling membantu dan saling mengingatkan jika ada teman yang membutuhkan bantuan karena di kelas banyak murid-murid (terutama ABK) yang membutuhkan bantuan. Jika sikap kerjasama tidak muncul maka siswa diajak bersama-sama melakukan refleksi di waktu akhir pembelajaran. 

    Tugas saya untuk selalu mengarahkan dan mengingatkan mana yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. Jika tidak menyelesaikan tepat waktu atau terlambat maka harus dikerjakan pada waktu istirahat atau pada waktu jam sepulang sekolah. Alhamdulillah setelah kesepakatan berjalan hingga saat ini dengan penuh tantangan, saya bisa mengembangkan model komunikasi yang tidak menekan namun mampu membuat murid merasa lebih dihargai, sehingga mereka nyaman belajar dan menunjukkan perubahan dalam hal disiplin dan tanggung jawab. Tidak lupa pula hasil kesepakatan dan bagaimana konsekuensinya saya sampaikan kepada orangtua melalui Grup WA. Jadi akan ada kontrol positif yang membuat anak-anak dapat meningkatkan tanggung jawab dan disiplinnya di rumah. Pada akhirnya, istilah kesepatakan kelas lebih mudah dipahami dan tidak terlalu menakutkan anak-anak jika dibandingkan kata-kata peraturan

Sabtu, 29 Mei 2021

AKSI NYATA MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 

JUDUL            : Inovasi siswa SMPN 1 Menes Kab. Pandeglang dalam membuat video pembelajaran PJOK sesuai dengan kemampuan dan minat serta kreatifitasnya.
(Tindakan Aksi Nyata)
Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak

OLEH              : ILHAM MAULANA

A.     LATAR BELAKANG
Dalam menerapkan merdeka belajar di sekolah peserta didik diberi kebebasan dalam berinovasi, berkreasi dan belajar secara bebasa dan mandiri. Guru hanya bisa menuntun peserta didik berdasarkan kodrat yang dimiliki siswa tersebut baik kodrat alam ataupun kodrat zamannnya, sekalipun hanya sekedar menunntun tapi besar pengaruhnya terhadap tumbuh kembang peserta didik.

Pada masa pandemic covid-19 seperti sekarang ini banyak aktifitas kita yang tidak terjadi secara leluasa, mulai dari proses pembelajaran secara daring ataupun luring (PJJ DAN BDR) siswa melakukan kegiatan yang tidak membosankan dirumah yakni dengan cara pengembangan diri dalam hal bagaiman peserta didik membuat suatu inovasi dan kreasi di rumah. Salah satu kegiatan siswa siswi di SMPN 1 MENES yakni membuat video pembelajaran siswa sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan siswa dalam berkreasi serta bekerja sama dengan teman sejawatnya. inilah yg melatar belakangi  kegiatan AKSI NYATA 1.2 (NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK).

B.      Tujuan

Adapun tujuan dalam kegiatan aksi nyata ini yaitu:

1.     Siswa mendapatkan kebebasan dalam belajar secara mandiri, berkreasi dan berinovasi.

2.     Siswa dapat mengaplikasikan kemampuannya dalam berkreasi di bidang media teknologi

C.     LINIMASA TINDAKAN

Adapun rencana pelaksanaa kegiatan aksi nyata ini di SMPN 1 MENES yakni sebagai berikut:

1.     Melakukan diskusi bersama kepala sekolah dan rekan sejawat minggu ke 2 bulan Mei

2.     Menjelaskan kepada siswa perihal apa saja yg harus dilakukan dan semua disesuaikan dengan kebutuhn dan kemampuan siswa dalam berinovasi.

3.     Memantau dan bersinergi dengan siswa terkait dengan proyek yg sedang mereka laksanakan pada minggu ke 2 dan 3 bulan mei 2021

4.     Melakukan evaluasi dan refleksi 

D.   TOLAK UKUR

Adapun tolak ukur dalam pelaksanaan kegiatan ini yakni Peserta didik memiliki kemampuan untuk berkreaktifitas dan berinovasi dalam pengembangan kemampuan yang mereka miliki.

E.      DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Adapaun dukungan yang dibutuhkan dalam pelaksaan kegiatan aksi nyata ini yakni sebagai berikut:

1.     Alat dan bahan yang menunjang dalam pelaksaan pembuat video pembelajaran siswa

2.     Kepala sekolah sebagai penannggung jwab dalam setiap kegiatan disekolah

3.    pengawas pembina

4.     Rekan guru sebagai tempat bertukar pikiran dalam pelaksaan kegiatan

5.     Orang tua siswa sebagai pengontrol kegiatan murid dirumah

F.    PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN

Dalam pelaksaan kegiatan ini saya selaku guru merasakan masih ada yang menganjal dalam pelaksanaan yakni yang mana semua siswa yang ada siswa di SMPN 1 MENES tidak semua turut andil dalam kegiatan tersebut dalam masih banyak koreksian dalam setiap pelaksaanan kedepannnya, masih banyak guru/tendik yang tidak peduli dengan bakat atau potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, kurang apresiasinya dalam pelaksaan dari warga sekolah khususnya tengan pendidik.

Walaupun basih banyak kegagalan/ kekurangan yang saya dapatkan dalam aksi nyata ini  tidak berputus asa untuk kemajuan kedepannnya demi guru dan murid saya. Dalam pelaksaanan kegiatan ini banyak hal yang menarik yang didapat, siswa ternyata memiliki bakat dan kemammpuan yang sangat lua biasa, mereka bisa berkreasi dan berinovasi terhadap suatu karya yang mereka ciptakan, mereka bisa bertukar pikiran sesama temannya dan bisa menerima masukan dari guru sebagai penuntun segala kegiatan siswa.

G.   RENCANA PERBAIKAN UNTUK MASA MENDATANG

Adapun rencana perbaikan pelaksaan kegiatan ini kedepannnya yakni, saya akan berkolaborasi dalam bertukar pikiran bersama warga sekolah untuk memajukan setiap kegiatan proses 

 pembelajaran siswa disekolah, memberikan dukugan penuh dan memberi kebebasan kepada setiap siswa untuk mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki. Kemudian kedepannnya saya akan mengajukan kepada kepala sekolah untuk menampilkan hasil video pembelajaran siswa pada forum rapat guru dan wali murid, agar menjadi sebuah kebanggaan bagi mereka yg telah berinovasi dan berkreasi pada proses pembelajaran di sekolah .

berikut adalah link video hasil inovasi siswa

https://youtu.be/kpOGYAKzIQI





Senin, 26 April 2021

Koneksi Antar Materi Modul 1.1


Menurut KHD, Pendidikan (Opvoeding) memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.
Bapak Ki Hajar Dewantara meletakkan beberapa konsepsi sebagai Dasar Pendidikan Nasional. Pemikiran-pemikiran beliau menjadi acuan para seniman pendidikan (guru, pemangku kebijakan, orang tua, dan pejuang pendidikan) untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan “Merdeka Belajar”. Dasar-dasar pendidikan inilah yang harus dijadikan pedoman dalam pendidikan untuk memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya.
Dalam menuntun pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran Guru atau pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, atau seorang petani sayuran, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman, menyiramnya setiap hari, memberi pupuk, membasmi hama ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman tersebut. Petani tidak dapat memaksa agar jagung tumbuh menjadi padi ataupun tanaman sayuran sawi tumbuh menjadi pepaya. Begitupun dengan Guru / pendidik. Pendidik hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.

Menurut KHD Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman kodrat alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa misanya bersikap sopan dan ramah terhadap sesama baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sedangkan kodrat zaman yaitu, pada pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 apalagi ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.

Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik, Guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi peserta didik.Karena tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan murid. Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru menuntun, membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-konsep teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah mereka pelajari dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.

Dasar pendidikan selanjutnya ialah penanaman Budi Pekerti atau pengembangan karakter. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan. Budi pekerti juga merupakan modal dasar kebahagiaan yang berperi-kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan hidup. 

Pendidikan haruslah berpihak pada murid. Pendidik harus menghamba pada Sang Anak, lebih mementingkan Sang Anak daripada karirnya sendiri. Segala sesuatu yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak. Pendidik dengan niat ikhlas dan suci hati, terlepas dari segala ikatan berniat menghamba pada Sang Anak. Pendidikan harus memerdekakan berdasarkan Pelajar Pancasila. 

Kita sebagai Pendidik atau guru, harus melaksanakan dasar kerja pendidik seperti yang diungkapkan Ki Hajar, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat, kemauan), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Dalam pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).

Disini peran kita sebagai pendidik harus menuntun kebebasan anak tersebut untuk mencapai kebahagiaan lahir batin serta keselamatan anak sesuai dengan kodratnya masing-masing, karena anak dilahirkan sudah mempunyai talenta yang tersendiri, kita hanyalah sebagai penuntun menuju jalan keselamatan. Dalam konteks merdeka belajar, “setiap guru adalah murid dan setiap murid adalah guru”. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan tetapi sebagai tempat transformasi pendidikan dalam ekosistem belajar.

2. Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Setelah saya mempelajari dan merefleksikan Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ada beberapa pokok penting sebagai bekal saya sebagai Calon Guru Penggerak yang memerdekakan anak dalam proses belajar:

1.  Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Saya berpikir bahwa anak atau peserta didik  adalah kertas kosong yang harus ditransfer dengan ilmu pengetahuan. Tugas saya seorang guru adalah untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya diberikan kepada peserta didik sebagai suatu paket ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pembelajaran adalah proses membuat peserta didik aktif. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik sangat dominan. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar di dalam ruang kelas, karena biasanya pembelajaran di luar kelas dilakukan oleh guru olahraga dan Guru Prakarya. Saya lebih terfokus ke tuntutan kompetensi sesuai kurikulum dan cenderung melaksanakan pembelajaran sesuai apa yang tertulis dalam kurikulum dan harus menyelesaikan dalam satu semester sesuai dengan target kurikulum. Dalam pembelajaran di kelas saya terfokus untuk target kurikulum dengan mengajar, memberikan tugas. Saya berpikir sangat mudah dalam mengajar karena memberikan materi, Tugas dan anak bias mengumpulkan tepat waktu tanpa merefleksikan tentang pembelajaran yang memerdekakan anak. Dan saya juga sering mengeluh karena ada sebagian anak yang tidak mengumpulkan tugas, sulit di atur dan lambat berpikir walaupun soal soal atau tugas itu sangat mudah dan materi itu saya sudah jelaskan.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?

Konsep pengajaran saya berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini memnadang anak sebagai objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya merekalah Subjek pembelajaran Merekalah pemegang kendali pembelajaran. Pendidik wajib menghamba pada anak dengan segala ketulusan hati. 

Perubahan yang saya rasakan dari mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara yakni Sistem Among dalam Pembelajaran Proses pembelajaran di kelas saya berlandaskan sistem “Among” Pembelajaran yang dilakukan di kelas bertujuan untuk mendidik anak sebagai Subjek bukan Objek ( Karena anak adalah pusat pendidikan). Dalam pembelajaran tidak menghendaki “Paksaan – paksaan ” melainkan memberi “tuntunan”bagi hidup anak agar dapat berkembang dengan selamat, baik lahir maupun batinnya. Menyadari bahwa setiap anak itu istimewa, unik, dan memiliki potensi dalam dirinya. Dalam sistem  Among anak dididik di sekolah sesuai dengan bakat dan minat. Pendidik sebagai Tut Wuri Handayani berperan menuntun, mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya agar jiwanya merdeka lahir dan bathin. Guru memberikan kebebasan pada anak dalam memilih gaya belajar yang mereka sukai. Dari yang tadinya hanya menuruti instruksi akan berubah menjadi “Merdeka Belajar “.  

Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik, Guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi peserta didik.Karena tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan murid. Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru menuntun, membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-konsep teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah mereka pelajari dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.

3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?

Saya sebagai pendidik harus disiplin dalam waktu ke sekolah


Kita guru menjadi teladan, pemberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan nilai karakter kedisiplinan dan kerjasama, tolong menolong dalam setiap kegiatan yang ada disekolah.


Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk saling berbagi solidaritas jika ada salah satu warga sekolah yang mengalami kekurangan misalnya alami musibah, orang tua meninggal, membiasakan anak mencintai lingkungan kelas/ sekolah.


Meningkatkan karakter anak dengan pembiasaan yang secara kontinyu seperti mengawali aktifitas pembelajaran dengan berdoa, saling memuji diantara teman, selalu memberikan kata-kata positif untuk teman sebangku/sekelas, kata terima kasih untuk bantuan/pujian dari teman, kata maaf jika melakukan kesalah baik sengaja maupun tidak Membudayakan budaya lokal untuk mentransformasikan pendidikan karakter anak.


Untuk mengimplementasikan merdeka belajar yang menghasilkan profil “Pelajar Pancasila” sudah seharusnya kita melakukan perubahan-perubahan hebat di kelas kita untuk memberikan tuntunan terbaik kepada peserta didik. Peserta didik diberi kebebasan untuk bereksplorasi, berinovasi dan mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tugas kita memberikan tuntunan, arahan,b imbingan agar kemerdekaan mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif yang datang. Belajar bisa dilakukan dimanapun sesuai konteksnya. Semua tempat adalah sekolah, semua rumah adalah sekolah. Untuk itu, guru harus terus mengembangkan kompetensinya agar bisa beradaptasi dengan perubahan. Guru harus terus belajar, untuk membelajarkan siswa. Kita harus memahami peserta didik sebagai individu yang unik, khas sesuai kodratnya.

Jumat, 09 April 2021

Lokakarya perdana CGP Kab. Pandeglang


 Pada kali ini guru² Pandeglang dan lebak diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi Program guru Penggerak dari kemendikbud.

pada bulan maret telah diumumkan CGP ( calon guru penggerak ) dari dua daerah tsb. dan pada tanggal 9 -10 April 2021 ini adalah lokakarya perdana dengan agenda kegiatan pengenalan LMS dan pendamping CGP.

besar harapan  pak kadisdikbud Pandeglang ,yang secara meyakinkan hadir pada acara tsb, dengan adanya PGP ini diharapkan kemudian menjadi roda penggerak di lingkungan sekolahnya masing² dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di kab. pandeglang, dan umumnya di provinsi banten.

Jumat, 22 Juli 2016

PERSIAPAN MENUJU GURU PEMBELAJAR

Ada beberapa hal yang memang harus diperbaki dalam sistem pendidikan di indonesia ini, antara lain adalah perbaikan peningkatan SDM pendidik/ guru. fokus pada 3 ranah Kompetensi yaitu pedagogi, profesional dan tentunya sosial aktivitas..
Guru pembelajar merupakan salahsatu program yang akhir2 ini di luncurkan oleh kementerian dikbuddikdasmen yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai ujung tombak pendidikan dan kunci sukses terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah.

bapak / ibu mungkin sudah seringkali membaca apa itu guru pembelajar? kenapa harus ada guru pembelajar? manfaatnya apa?
kita akan bahas tuntas mengenai hal itu.