Minggu, 02 Oktober 2011

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENJAS

data ini saya kutip dari beberapa buku dan kumpulan dr para blogger..smoga bermanfaat...


Materi utama dari kurikulum Penjas lebih banyak terdiri dari berbagai macam permainan, baik yang bersifat beregu maupun perorangan. Untuk permainan beregu yang kompleks, yang banyak menggunakan keterampilan terbuka, seperti volley, basket, sepak bola, atau bola tangan, permainannya sendiri memerlukan pertimbangan khusus.
Persiapan permainan beregu tentunya tidak cukup hanya mempersiapkan individu menguasai keterampilan-keterampilan yang ada dalam permainan itu, tetapi mencakup persiapan bagaimana anak mengkombinasikan keterampilan itu, menggunakannya dalam cara yang lebih kompleks, dan menghubungkannya dengan anak lain baik dalam kaitannya dengan konsep pertahanan atau penyerangan. Bagian ini akan menyajikan cara untuk melihat pada pengembangan pemain dari sudut pandang yang lebih makro, yang mempertimbangkan pengembangan keterampilan dan strateginya. Dalam pembelajaran Permainan, dewasa ini dikenal dua pendekatan, yaitu yang disebut Pendekatan Teknis dan Pendekatan Taktis. Pendekatan mana yang akan dipilih, semuanya diserahkan kepada guru masing-masing, disesuaikan dengan pemahaman untuk mencapai hasil yang dipandang optimal.

1. Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis dalam pembelajaran permainan di dasarkan pada pemahaman bahwa siswa akan dapat melakukan permainan jika mereka sudah menguasai teknik dasarnya. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini, guru akan memulai pembelajaran permainan dengan memberikan pelajaran teknik dasar.
Pandangan terhadap permainan ini mengedepankan kerangka pengembangan dan disebut tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini telah timbul dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan pergerakan (perpindahan) dari latihan yang secara bertahap meningkat tingkat kesulitannya ke kondisi seperti permainan.
Perkembangan pemain dari permainan dapat dianggap terdiri dari empat tahap. Tahapan-tahapan tersebut dideskripsikan dalam bagian-bagian berikut:

a. Tahap satu
Dalam tahap satu guru berkepentingan dengan kemampuan siswa untuk mengontrol benda (obyek) atau tubuh. Siswa pemula dihadapkan dengan masalah ketidaktahuan tentang apa yang akan terjadi ketika mereka memukul, melempar, menangkap atau mengumpulkan benda tertentu. Tingkat kemampuan mengontrol benda yang sangat mendasar akan dikuasai pada tahapan pembelajaran permainan ini. Pengontrolan yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
• Aksi melontarkan (misalnya memukul, menendang, melempar). Anak dapat mengarahkan benda ke suatu tempat dengan besaran daya yang sesuai kepentingannya secara konsisten.
• Aksi menerima (misalnya menangkap, mengumpulkan). Anak dapat menguasai suatu benda yang datang padanya dari arah, kecepatan, dan ketinggian yang berbeda.
• Aksi membawa dan melepaskan (misalnya mendribbling, menggiring, dsb.). Anak dapat menjaga penguasaan terhadap benda yang bergerak dalam berbagai cara dan pada berbagai kecepatan.
Perkembangan keterampilan dalam tahap satu melibatkan pemberian pengalaman dalam menangkap dan melempar. Pengalaman demikian pertama-tama diberikan dalam kondisi yang paling mudah, dan bertahap pengontrolannya dilakukan dalam situasi yang lebih sulit dengan memanipulasi ketinggian, arah, tenaga dari benda yang dilemparkan atau ditangkap. Perkembangan dalam tahap satu juga memasukkan perubahan dari posisi benda diam ke benda yang bergerak dan dari posisi penerima diam ke posisi bergerak. Bandingkan tahapan pembelajaran antara anak SD dan siswa SMP yang tengah belajar pass atas pada bola voli.

Menangkap bola Pass atas
Menangkap dari lontaran ringan sendiri Pass atas dari lontaran ringan
Tingkatkan ketinggian lontaran Tingkatkan ketinggian lontaran
Tingkatkan jarak lontaran Tingkatkan jarak lontaran
Lontarkan ke arah kiri dan kanan Terima lontaran dari kiri dan kanan
Menangkap bola dari lontaran orang lain Berpindah-pindah dari melontarkan ke pass atas
Tingkatkan jarak dan daya lontaran Tingkatkan jarak dan daya lontaran
Variasikan ketinggian lemparan Variasikan ketinggian lemparan
Tingkatkan jarak dan daya lontaran Lakukan pass bola dari bola service dari Tangkap sambil bergerak arah yang berbeda.

Dalam contoh di atas, tahapan yang meningkat dilakukan sehingga mengarahkan anak pada tingkat penguasaan dan pengontrolan yang meningkat terhadap bola dengan mengubah-ubah kondisinya. Semua tugas-tugas ajar yang bersifat manipulatif dapat dikurangi atau ditingkatkan kompleksitasnya dengan memanipulasi daya (kecepatan), arah, atau ketinggian benda, juga perubahan dari posisi diam ke posisi bergerak. Melempar dan menangkap dari keadaan bergerak lebih sulit dilakukan daripada dari posisi diam.

b. Tahap dua.
Pada tahap dua ini fokus pembelajaran masih pada peningkatan penguasaan dan pengontrolan terhadap objek, tetapi latihannya sudah lebih kompleks. Dalam tahap dua ini, dua keterampilan digabungkan (misalnya dribbling dan passing); peraturan ditekankan sehingga membatasi aksi yang dilakukan (misalnya aturan traveling dalam basket); dan keterampilan tersebut dilatih secara kooperatif dengan anak lain.
Melatih keterampilan dengan penggabungan merupakan hal yang kritis dan sering diabaikan dalam pembelajaran permainan. Anak yang sudah dapat melakukan dribble, pass, dan shoot sebagai keterampilan tunggal belum tentu dapat dengan mudah melakukan dribble langsung shoot, atau dribble langsung pass. Ini disebabkan persiapan untuk melakukan keterampilan kedua dilakukan selama berlangsungnya keterampilan pertama (transisi). Banyak anak yang pemula akan melakukan dribble, stop, baru kemudian shoot.
Oleh karena itu, fokus kegiatan dari pembelajaran tahap dua adalah pada gerak transisi di antara keterampilan. Misalnya, bagaimana dalam dribbling sepak bola anak harus menenmpatkan bola pada posisi yang memungkinkan ia segera menembak setelah dribbling– tidak berhenti dulu, kemudian ia mundur mengambil ancang-ancang, dan menembak. Meskipun banyak anak akan sampai pada kemampuan ini dengan baik melalui latihan, tetapi akan banyak pula anak yang tidak akan mampu melakukannya tanpa bantuan guru. Berikut adalah contoh penggabungan keterampilan yang harus dipelajari khusus dalam sepak bola ketika anak-anak memasuki tahapan dua.
• Menerima bola dari passing anak lain kemudian langsung dribble,
• Dribble kemudian passing,
• Dribble kemudian menembak ke gawang,
• Menerima bola passing, dribble, kemudian menembak ke gawang.

Bahkan dalam situasi permainan yang melibatkan keterampilan tunggal yang singkat (diskrit), melatih keterampilan secara gabungan ini tetap perlu dilakukan. Dalam permainan voli misalnya, seorang anak dapat membuat passing bawah ke anak lain, yang berikutnya melakukan toss ke anak lain lagi, atau melakukan set up, sehingga anak yang pertama tadi kemudian dapat melakukan spike.
Untuk menentukan keterampilan apa yang harus dilatih dalam gabungan, guru harus menganalisis permainan yang dipelajari untuk menentukan keterampilan-keterampilan yang akan digabungkan. Akhirnya, keterampilan-keterampilan tadi harus dilatih dengan cara yang sama ketika keterampilan itu digunakan dalam permainan, bahkan hingga ke saat service dilakukan dan perpindahan posisi (contoh dalam bola voli).
Tahap dua juga melibatkan siswa dalam kegiatan latihan bekerja sama dengan siswa lain, seperti mencoba menjaga agar bola terus dapat berada di udara tanpa jatuh dalam permainan voli atau menjaga agar shuttle cock selalu bisa menyebrangi net dalam badminton. Pada tahap ini, tujuan dari permainan adalah menguasai dan mengontrol bola atau cock, dan bukan berkompetisi dengan pasangan untuk saling mengalahkan.

c. Tahap tiga.
Dalam tahap tiga, fokus pembelajaran adalah pelaksanaan taktik penyerangan dan pertahanan secara sederhana dengan menggunakan keterampilan yang sudah dikuasai. Ketika tahap ini dilaksanakan, siswa diasumsikan sudah mampu menguasai dan mengontrol bola tanpa kesulitan lagi, sehingga dapat berkonsentrasi pada penggunaan keterampilan itu dalam proses penyerangan atau bertahan.
Tahap tiga mempertimbangkan strategi yang sangat mendasar yang ada dalam permainan tertentu dan mulai membangun strategi tersebut secara bertahap dalam wawasan siswa. Hal ini dilakukan, pertama-tama dalam kondisi yang sangat sederhana dan kemudian bergeser ke kondisi yang lebih kompleks.
Secara mendasar olahraga permainan dapat dibedakan menjadi dua jenis permainan dengan strateginya masing-masing. Yang pertama adalah permainan invasi (invasion games), yang berciri semua pemain menggunakan lapangan yang sama dalam penyerangan dan pertahanan serta terus-menerus bertukar peranan tergantung siapa yang menguasai bola. Permainan bola basket, sepak bola, hockey, bola tangan, merupakan contoh dari permainan jenis invasi tersebut.
Dalam permainan jenis ini tujuan permainannya adalah menjaga penguasaan terhadap bola dan segera membuat skor ketika menyerang. Sedangkan regu yang tidak menguasai bola bertindak secara defensif untuk menggagalkan pembuatan skor oleh regu lawan dan segera mencoba merebut penguasaan terhadap bola agar bisa balas menyerang dan membuat skor. Kegiatan tahap tiga dalam permainan jenis ini berkepentingan dengan menetapkan cara untuk mendapatkan dan memelihara penguasaan teerhadap bola agar mampu membuat skor. Contoh berikut tentang permulaan strategi dari jenis permainan invasi menggambarkan keterampilan dan kemampuan yang harus diajarkan pada tahap ini.

Strategi permainan invasi
Bagaimana memelihara penguasaan bola dalam permainan satu lawan satu.
Bagaimana mendapatkan penguasaan bola dalam permainan satu lawan satu.
Bagaimana memelihara penguasaan bola dalam permainan dua lawan satu.
Bagaimana mendapatkan penguasaan bola dalam permainan dua lawan satu.
Bagaimana memelihara penguasaan bola dalam permainan dua lawan dua.
Bagaimana mendapatkan penguasaan bola dalam permainan dua lawan dua.
Bagaimana memelihara penguasaan bola dalam permainan tiga lawan dua.
Bagaimana mendapatkan penguasaan bola dalam permainan tiga lawan dua.
Bagaimana memelihara penguasaan bola dalam permainan tiga lawan tiga.
Bagaimana mendapatkan penguasaan bola dalam permainan dua lawan dua.

Setiap gagasan yang digambarkan di atas mempunyai serangkaian tanda-tanda penting berkaitan dengan strategi yang menjadi bagian permainan. Setiap pemain penyerang (pemain yang menguasai bola dan yang tidak menguasai bola) mempunyai peranan yang berbeda. Demikian juga dengan setiap pemain bertahan (pemain yang menguasai bola dan yang tidak menguasai bola) juga memiliki peranan yang berbeda. Jika peranan tersebut diajarkan sebelum permainan menjadi semakin kompleks, siswa memiliki dasar untuk memainkan permainan dalam bentuk yang lebih kompleks.
Jenis permainan kedua populer disebut permainan net. Contohnya adalah bola voli, badminton, tenis; di mana pemain yang berhadapan dipisahkan dalam lapangan yang berbeda oleh adanya net. Tujuan permainan net adalah membuat skor dengan berusaha membuat lawan atau regu lawan kehilangan bola. Strategi penyerangan dan pertahanan meliputi pembelajaran tentang bagaimana mempertahankan daerah sendiri dan belajar bagaimana agar lawan kehilangan bola. Strategi dari permainan net meliputi:

• Strategi penyerangan:
 Menempatkan bola di lapangan lawan di daerah yang tidak terjaga dengan baik.
 Gunakan pukulan menyerang yang sulit dikembalikan (misalnya smash atau spike).
 Gunakan pukulan yang berubah arah (drop short), sehingga lawan salah mengantisipasi.
 Arahkan bola pada titik yang menjadi kelemahan lawan.

• Strategi pertahanan:
 Pertahankan seluruh daerah lapangan sendiri dengan baik.
 Antisipasi ke mana bola akan diarahkan.
 Blok pukulan-pukulan penyerangan.

Dalam tahap ini anak harus mampu menggunakan stategi menyerang dan bertahan di bawah situasi permainan yang tidak terlalu kompleks terlebih dahulu, sehingga menjadi dasar strategi permainan berikutnya. Seperti halnya permainan invasi, perkembangan keterampilan dalam permainan net berlangsung dari yang sederhana ke yang kompleks.
Kompleksitas dikembangkan dengan menambah jumlah pemain, luas lapangan, pembuatan skor, dan peraturan untuk berlangsungnya kegiatan latihan. Ketika elemen lain dari kesulitan ditambahkan, siswa harus dibantu menyesuaikan respons mereka pada apa yang ditambahkan. Harus pula diingat, penambahan kompleksitas permainan dilakukan secara bertahap.
Trend yang sedang tumbuh dalam mengajar permainan dewasa ini, terutama di Amerika Serikat dan Inggris, adalah bahwa siswa harus mulai belajar bagaimana memainkan pemainan dimulai pada tahap tiga, bukan dari tahap satu atau tahap dua. Asumsinya adalah bahwa strategi dianggap sebagai bagian yang paling bermakna dari permainan dan bahwa siswa akan mengembangkan keterampilan yang diperlukan setelah benar-benar dibutuhkan. Pengajaran permainan yang demikian populer disebut sebagai pendekatan taktis (tactical approach), yang saat ini sedang berusaha dikembangkan di negara kita.
Dengan pendekatan ini, siswa akan belajar tentang bagaimana mengarahkan bola ke daerah-daerah kosong tanpa mengetahui nama teknik yang digunakan. Guru dapat ikut campur dalam membantu siswa menghaluskan keterampilan siswa ketika mereka merasa sudah siap. Siswa yang belajar sepak bola, misalnya, akan belajar permainan dalam kondisi yang paling sederhana tetapi berkaitan dengan strategi tanpa harus menekankan pada bagaimana mendribble bola atau bagaimana mengoper atau menembak.
Pendekatan strategi permainan pada pengajaran permainan memiliki kesamaan dengan pendekatan strategi kognitif. Ini adalah cara lain dalam memandang pada bagaimana mendekati materi atau isi pembelajaran. Dalam kurangnya fakta penelitian yang menunjang terhadap pendekatan strategi-untuk-keterampilan dan pendekatan keterampilan-untuk-strategi ini, guru hendaknya tetap bersikap terbuka dan berusaha mencoba kedua pendekatan ini pada pengajarannya.

d. Tahap empat.
Tidak ada batas yang jelas di mana pengalaman pada tahap tiga berakhir dan pengalaman tahap empat dimulai. Pengalaman tahap empat bersifat sangat kompleks. Tahap ini meliputi tidak saja permainan penuh, tetapi juga termasuk kegiatan-kegiatan yang dimodifikasi untuk membantu siswa mencapai targetnya.
Untuk kebanyakan jenis permainan, tahap empat dimulai ketika pemain penyeran dan bertahan ditetapkan secara khusus sesuai peranannya. Para pemain jumlahnya ditambah, keterampilan yang dipelajari digunakan, dan aturan permainan sudah semakin kompleks.
Ketika siswa mencapai tahap empat, hal itu dianggap bahwa siswa telah menguasai dengan baik keterampilan individual dan melampaui strategi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi permainan yang disederhanakan. Misalnya, diasumsikan bahwa siswa dapat bertahan melawan pemain penyerang secara individual atau dengan pemain lain dalam permainan invasi, atau mereka sudah dapat menempatkan bola jauh dari pemain lawan dan dapat mempertahankan daerahnya sendiri dalam permainan net.
Aspek kunci untuk melaksanakan kegiatan tahap empat dengan cara yang bermakna adalah konsep bahwa permainan harus berlangsung berkelanjutan. Maksudnya, jika suatu peraturan atau bagian dari permainan yang ditampilkan dalam cara tertentu memperlambat aliran permainan atau sering menghentikan kelangsungan permainan, permainan itu harus dimodifikasi untuk menjaga keberlanjutannya. Jika siswa tidak dapat menggunakan semua pemain dalam suatu regu, jumlah pemain harus dikurangi. Contoh dari modifikasi permainan meliputi menghilangkan tembakan hukuman, mengganti tindakan service pada permainan voli, pukulan pada softball diganti dengan lemparan atau menempatkan bola pada batting tee untuk sebagian pemain, memulai permainan tanpa ada bola keluar, dan mengurangi ukuran lapangan permainan, dsb.

Contoh modifikasi permainan yang baik
Basket Empat lawan empat tanpa menggunakan dribbling
Lima lawan lima tanpa memakai peraturan tembakan hukuman atau jump ball
Sepak bola Tujuh lawan tujuh, peraturan penuh
Sebelas lawan sebelas; tidak ada bola keluar dan tendangan sudut.
Voli Peraturan sebenarnya; minimal bola dimainkan dua kali
Empat lawan empat; lebar lapangan dimodifikasi
Tennis Lapangan lebih kecil; peraturan penuh
Permainan dimulai dengan serve yang dipermudah.

Guru yang memilih menggunakan permainan tahap empat tidak boleh berhenti mengawasi jalannya pembelajaran. Tujuannya adalah mengajar siswa bagaimana memainkan permainan dengan baik, tidak hanya membiarkan mereka bermain ketika mereka mencapai tingkat ini. Tugas di tahap empat adalah menerapkan permainan yang dapat diperluas dengan cara membuat permainan lebih sulit atau lebih mudah. Guru juga harus menghaluskan penampilan siswa melalui penggunaan tugas penyempurnaan dan berkonsentrasi pada permainan mereka.

2. Pendekatan Taktis
Jika Anda berusaha mengajarkan keterampilan teknik suatu cabang olahraga dan sekaligus mengajarkan bagaimana penerapannya dalam situasi permainan, maka pendekatan taktis merupakan satu pendekatan yang tepat untuk digunakan. Tujuan utama pendekatan taktis dalam pengajaran cabang olahraga permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain.
Melalui pendekatan taktis, siswa didorong untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah taktik pada hakikatnya adalah penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan menggunakan pendekatan taktik, siswa semakin memahami kaitan antara teknik dan taktik dalam suatu permainan.
Penggunaan pendekatan taktis diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran cabang olahraga permainan di SMP. Dalam bagian ini dipaparkan konsep dan beberapa model pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan taktik bermain cabang olahraga Sepakbola, Bolabasket, dan Bolavoli.
Dari pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran cabang olahraga permainan di beberapa sekolah, banyak ditemukan masalah ketidakseimbangan pembelajaran antara pembelajaran yang menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dan pembelajaran yang menekankan pada usaha untuk meningkatkan penampilan bermain. Masalah tersebut telah membawa pembelajaran kepada salah satu dari dua bentuk pembelajaran yang terpisah. Bentuk pertama menekankan pada drill keterampilan teknik, dan bentuk kedua menekankan pada keterampilan bermain. Gambar 1. menunjukan tiga pendekatan pembelajaran permainan.








Gambar 1. Tiga pendekatan pembelajaran permainan.

Selanjutnya kita sering melihat proses pembelajaran yang mengkombinasikan proses pembelajaran keterampilan teknik dengan proses pembelajaran bermain secara terpisah. Tahap pertama anak dilatih untuk menguasai keterampilan teknik, dan tahap kedua anak disuruh bermain. Jarang ditemukan pembelajaran keterampilan teknik dan pembelajaran keterampilan bermain dalam suatu proses pembelajaran yang utuh.
Bagi siswa, tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis adalah :
1. Meningkatkan kemampuan bermain melalui pemahaman terhadap keterkaitan antara taktik permainan dan perkembangan keterampilan
2. Memberikan kesenangan dalam proses pembelajaran
3. Belajar memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan selama bermain.

a. Memahami Pendekatan Taktis
Bagi siswa, olahraga dan bermain yang dirancang dalam suatu proses pembelajaran yang kondusif diyakini dapat menghasilkan rasa senang, edukatif, menarik atau menantang, dan dapat pula membina kesehatan dan rasa percaya diri. Mengajarkan cabang olahraga permainan harus tetap merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum pendidikan jasmani.
Beberapa guru mengajar keterampilan teknik dan taktik bermain, tetapi biasanya dilakukan secara terpisah, sehingga keterkaitan pembelajaran keterampilan teknik dengan permainan tidak jelas. Misalnya dalam pembelajaran permainan bola basket, setengah dari waktu jam pelajaran digunakan untuk latihan passing, dribling, dan keterampilan shooting secara terpisah; setengah waktu berikutnya baru digunakan untuk bermain; padahal perkembangan keterampilan teknik tidak jelas terlihat selama bermain.









b. Dasar-Dasar Untuk Pendekatan Taktis

(1) Minat dan kegembiraan
Pendekatan tradisional biasanya menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dasar. Contoh pendekatan ini, misalnya dalam pembelajaran bulu tangkis, pemain sering ditugaskan belajar mengembangkan teknik servis, pukulan di atas kepala, drop short, dan smesh dengan mengkonsentrasikan pada unsur-unsur yang lebih spesifik dan terpisah dari keterampilan bermain.
Meskipun bentuk pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan teknik, hal ini telah banyak dikritik, yaitu keterampilan diajarkan sebelum siswa dapat mengerti keterkaitannya dengan situasi bermain yang sesungguhnya. Hasilnya dapat menghilangkan esensi dari permainan. Padahal proses pembelajaran permainan merupakan sebuah rangkaian dari bermacam latihan keterampilan teknik dan taktik yang terpadu.
Pendekatan taktis memberikan alternatif, satu jalan keluar yang memungkinkan siswa dapat mempelajari teknik dalam situasi bermain. Penelitian dan pengalaman lain menunjukan bahwa melalui pendekatan taktis guru dan siswa termotivasi untuk belajar keterampilan bermain secara lebih baik. Keistimewaan lain dari pendekatan taktis adalah urutan pembelajaran yang alamiah, yang meminimalkan proses pembelajaran yang kurang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa.

(2) Pengetahuan Sebagai Pemberdayaan
Keputusan yang tepat seperti Apa yang harus dilakukan di dalam situasi bermain adalah sesuatu yang penting. Kesalahan yang sering terjadi dalam olahraga, biasanya terjadi pada siswa pemula, yaitu mereka kurang memahami situasi dan kondisi permainan yang sesungguhnya.
Keunikan dari bermain terletak pada proses membuat keputusan untuk melakukan teknik yang tepat. Jika siswa kurang memahami kondisi bermain, kemampuan mereka untuk mengidentifikasi teknik yang benar dalam satu situasi tertentu akan terganggu. Untuk meningkatkan pemahaman bermain hanya dapat diperoleh melalui pembelajaran pada kesadaran taktik.

(3) Transfer Pemahaman dan Penampilan Melalui Bermain
Transfer dalam pembelajaran penjas yang dimaksudkan adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan kecakapan, keterampilan, pengetahuan, dan lainnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan ke dalam situasi yang baru. Dalam hal ini, salah satu keuntungan pendekatan taktis adalah dapat membantu siswa menstranfer suatu pemahaman bermain dari satu permainan ke permainan lainnya yang sejenis.
Masalah-masalah taktik yang terdapat dalam permainan saling menyerang seperti sepak bola, hockey lapangan, dan bola basket adalah sama. Pengalaman menunjukan bahwa pemain sepak bola yang baik adalah mereka yang memiliki pengalaman pada hockey lapangan, hockey es, bola basket, atau olahraga-olahraga lain yang bersifat invasion games. Mereka memahami aspek-aspek ruang yang dapat diterapkan pada olahraga lain yang sejenis.
Untuk mengembangkan sistem klasifikasi dalam pembelajaran permainan, guru dapat memilih beberapa bentuk permainan yang memiliki taktik bermain yang sama. Salah satu alternatif untuk menggunakan sistem pengklasifikasian ini adalah pemilihan bentuk kategori permainan. Hal ini dapat membantu siswa dan guru untuk lebih memahami dan menghayati hakikat permainan berdasarkan kesamaan-kesamaan taktik dalam kategori tersebut.
Diagram 1. menggambarkan sistem klasifikasi permainan berdasarkan kesamaan taktik bermain.

Diagram 1
Sistem Klasifikasi Dalam Olahraga Permainan

Invasion Net / wall Fielding / run-scoring Target

Bola basket
Netball
Bola tangan
Polo air
Sepak bola
Hockey
Speedball
Rugby Net
Badminton
Tennes
Tenis meja
Bola voli

Wall
Racquetball
Squash
Baseball
Softball
Rounders
Cricket
Kickball
Golf
Bowling
Billiards
Snooker

Sebagai kesimpulan pembahasan pendekatan taktis dalam proses pembelajaran keterampilan bermain adalah sebagai berikut,
(a) Melalui latihan yang mirip dengan permainan yang sesungguhnya, minat dan kegembiraan seluruh siswa akan meningkat. Secara khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan teknik rendah, pendekatan taktis adalah tepat, karena tidak menekankan pada keterampilan teknik, namun kepada pengembangan taktik, atau pemecahan masalah.
(b) Peningkatan pengetahuan taktik, penting bagi siswa untuk menjaga konsistensi keberhasilan pelaksanaan keterampilan teknik yang sudah dimiliki. Untuk siswa, hal ini merupakan langkah pertama yang positif untuk meningkatkan keterampilan bermain.
(c) Dengan menggunakan pendekatan taktis dapat memperdalam pemahaman bermain dan meningkatkan kemampuan menstranfer pemahaman secara lebih efektif dari satu permainan ke permainan lainnya. Kemampuan menstranfer ini meningkatkan peluang pemain untuk meningkatkan permainannya, yaitu dengan bertambahnya keluwesan dalam beradaptasi dengan aktivitas dan situasi baru manakala diperlukan.

3. Pendekatan Pola Gerak Dominan
Pengajaran senam di sekolah (dalam pelajaran penjas) berbeda sifatnya dengan pelatihan senam yang ada di klub-klub senam. Dalam pendidikan jasmani, anak hadir di hall senam bukan karena mereka ingin ada disana, melainkan mereka harus ada disana. Tidak mengherankan jika sebagian dari mereka terlihat antusias, sementara tidak sedikit pula yang terlihat terpaksa, ragu-ragu, atau malah terlihat malas.
Tidak ada dua anak yang sama dalam segala hal. Mereka biasanya berbeda dalam hal fisik, begitu pula dalam hal kepribadian dan perbedaan individu lainnya. Apa yang disenangi seorang atau sebagian anak bisa jadi sesuatu yang membosankan atau menakutkan bagi anak lain. Kemungkinan tersebut bisa berlaku dalam pembelajaran senam, dimana proses pembelajarannya bersifat sangat khusus dan berbeda dari pelajaran keterampilan gerak lainnya seperti permainan.
Dalam senam anak biasanya melihat alat yang asing bagi mereka. Belum lagi gerakan-gerakan yang harus dikuasai di dalamnya bersifat sangat khas, seolah sangat ditentukan oleh kemampuan dan ciri fisik anak yang melakukannya. Anak yang gemuk, misalnya, akan merasa bahwa dirinya tidak akan mudah melakukan gerakan yang diminta oleh guru, sehingga belum apa-apa (mencoba) dia akan serta-merta mengatakan tidak mau, atau tidak bisa. Demikian juga dengan anak yang mungkin merasa dirinya tidak punya kekuatan, iapun akan menolak untuk melakukan handstand atau bertumpu di palang, dsb.
Bagaimanakah guru bisa sukses ditengah-tengah perbedaan yang sangat khas tersebut? Tidak ada jawaban yang jitu. Tetapi diyakini, bahwa pendekatan (tradisional) yang tunggal (yang selama ini sering ditempuh guru) tidak akan berhasil memecahkan perbedaan di atas, bahkan bisa lebih memperburuk keadaan.
Persoalan lain timbul dari pihak guru. Sebagai guru, Anda akan menemukan bahwa pembelajaran senam harus banyak memerlukan bantuan pada setiap tahapannya. Ini wajar, sebab pembelajaran senam banyak berhubungan dengan upaya memanipulasi gerakan yang melibatkan tubuh sebagai alatnya. Hal tersebut berbeda dengan cabang olahraga lain, yang hanya memanipulasi alat seperti bola, pemukul, atau alat lain yang tidak melibatkan tubuh secara langsung.
Pengajaran senam, termasuk di dalamnya senam lantai, sangat menuntut kerja fisik dan mental. Beban ini biasanya meningkat manakala mengajarkan dan memperkenalkan keterampilan baru, terutama gerakan yang kompleks. Pada tahap ini, guru seolah diwajibkan memberikan bantuan terus menerus, yang bantuan tersebut lebih sering berupa upaya mendukung atau mengangkat tubuh siswa pada setiap tahap gerakannya. Dapat dibayangkan, betapa besar energi yang dikeluarkan guru, jika jumlah murid di dalam kelas mencapai 40 orang siswa, dan setiap siswa melakukan minimal dua hingga tiga kali ulangan. Jika guru tidak mengerti teknik bantuan dan bagaimana memanfaatkan murid atau siswa lain untuk saling membantu, maka tugas mengajar senam akan sangat memberatkan.
Di samping usaha dari pihak guru atau pelatih di atas, anak pun harus banyak berusaha mengulang-ulang gerakan dimaksud agar dapat menguasainya. Umumnya, semakin sulit gerakan itu, semakin banyak usaha yang diperlukan untuk menguasainya. Persoalan ini ternyata tidak mudah dipecahkan karena bahkan setelah anak berusaha dengan baik sekalipun, dirinya tidak serta-merta mampu menguasai keterampilan tersebut. Belum lagi jika faktor ketakutan siswa mulai diperhitungkan.
Salah satu isu yang paling santer dalam pembelajaran senam adalah bagaimana murid dapat termotivasi ketika mengikuti pelajaran. Kenyataan menunjukkan, bahwa dalam banyak situasi pembelajaran senam, banyak sekali murid yang nampaknya tidak tertarik untuk betul-betul menguasai keterampilan senam, malahan hampir semua murid putri sepertinya takut mengikuti pelajaran senam.
Sebenarnya persoalan takutnya anak dalam mengikuti pelajaran senam bukan masalah baru. Dan itu terjadi bukan hanya di sekolah-sekolah Indonesia yang peralatannya sangat tidak memadai. Bahkan di negara majupun keadaan di atas tampak sangat mencolok. Di mana sebenarnya letak kesalahannya? menurut para ahli, kesalahannya justru pada pendekatan pengajaran senam yang ditempuh para guru.
Jika para guru memilih pendekatan pengajaran formal terhadap senam prestasi, maka akan banyak anak yang merasa dirinya tidak mampu dan karena itu tidak termotivasi sama sekali. Untuk itu agar siswa termotivasi guru perlu mengubah pendekatan pengajaran senamnya dengan pendekatan yang berorientasi permainan, atau pendekatan Pola Gerak Dominan (PGD) seperti akan diuraikan di bagian lain.
Karena itu disarankan agar guru bisa menempuh pendekatan baru, dengan menerapkan serta memanfaatkan bermacam-macam keterampilan mengajar, metode dan gaya mengajar yang dapat berinteraksi secara efektif dengan lingkungan belajar yang khusus (Mosston & Asworth, 1994).

a. Hakikat Pola Gerak Dominan

Untuk mengusung niat pengajaran senam yang menyenangkan, tentu perlu diwujudkan melalui pemilihan pendekatan pengajaran yang tepat. Sejauh ini ada berbagai pendekatan yang dikenal dalam pengajaran dan pelatihan senam, di antaranya misalnya pendekatan melalui pengelompokan keterampilan formal, pendekatan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pendekatan pola gerak dominan (PGD). Pendekatan terakhirlah yang akan dipilih dalam naskah ini, tentunya dengan beberapa tambahan di sana-sini.
Yang dimaksud dengan pola gerak dominan adalah pola gerak yang mendasari terbentuknya suatu keterampilan sehingga perannya dianggap dominan. Istilah ini diturunkan dari terminologi formal Teori Motorik yang membagi gerak menjadi 3 tingkatan, yaitu gerak (movement), pola gerak (movement pattern) dan keterampilan (skill). Gerak diartikan sebagai perpindahan tubuh atau anggota tubuh secara nyata dari satu titik ke titik lain. Sedangkan pola gerak adalah sekelompok atau suatu seri aksi gerak yang memiliki fungsi luas yang ditampilkan dengan tuntutan ketepatan yang rendah (Singer, 1980). Kemudian keterampilan adalah kemampuan atau suatu aksi gerak yang mengantarkan pada suatu hasil dengan kepastian yang tinggi dan dengan pengeluaran energi dan waktu yang minimal (Guthrie dalam Schmidt and Wrisberg, 2000).
Dilihat dari pengertian di atas, maka posisi pola gerak tingkatnya berada lebih rendah dari keterampilan. Jika keterampilan dicirikan oleh hasil yang harus tinggi tingkat ketepatannya, sedangkan pola gerak tingkat ketepatan hasilnya rendah.
Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa pendekatan pola gerak dominan adalah pendekatan pengajaran yang lebih ditekankan pada pengembangan PGD-nya daripada terhadap keterampilannya itu sendiri (Shembri, 1983). Artinya tuntutan dari hasil pembelajaran dengan pendekatan ini tidak harus sampai pada penguasaan keterampilan suatu cabang olahraga, tetapi cukup jika ditujukan pada pengembangan pola gerak-pola geraknya. Khusus dalam pembelajarn senam, pengertian pendekatan PGD mengarah pada upaya guru untuk mengembangkan pola gerak-pola gerak yang sifatnya dominant di dalam senam. Ini juga berarti bahwa dalam cabang olahraga lainpun, pendekatan ini dapat juga diterapkan, sepanjang guru mampu mengidentifikasi pola gerak-pola gerak yang sifatnya dominant dalam cabang tersebut.
PGD inilah yang menjadi dinding bangunan (building block) untuk terbentuknya keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Misalnya putaran dalam roll depan adalah PGD yang sama dengan putaran untuk berhasilnya salto depan. Oleh karenanya, guru tinggal memilih sejumlah kecil kunci keterampilan yang mendasari keterampilan senam, melatih/mengajarkannya kepada anak, kemudian baru berangkat pada penguasaan keterampilan yang berikutnya.
Terdapat beberapa keuntungan jika guru menempuh pendekatan PGD. Di antaranya adalah :
• Guru dapat berkonsentrasi pada pola gerak kunci, sehingga mengurangi jumlah kegiatan atau keterampilan yang harus dikuasai murid. Variasi dan tingkat kesulitan kelak ditambahkan setelah “building block” dari setiap PGD dikuasai.
• Pengajaran PGD dapat lebih disesuaikan dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak merasa tugas geraknya tidak terlalu sulit, tetapi tetap menantang dan menyenangkan .
• Pendekatan PGD menekankan terjalinnya benang merah antar berbagai keterampilan. Jalinan ini mempermudah guru untuk menentukan poin-poin penting pengajaran (teaching points) yang bisa dipergunakan untuk banyak keterampilan.
• Untuk setiap PGD yang dilakukan selalu terdapat persyaratan kemampuan fisik yang perlu dimiliki. Pendekatan PGD, dengan menekankan urutan dari yang sederhana ke yang lebih sulit, memungkinkan guru untuk memperhatikan persyaratan kemampuan fisik untuk setiap kegiatan.
• Kerangka pendekatan PGD memungkinkan guru merencanakan program yang seimbang. Guru dapat memilih kegiatan-kegiatan yang tepat dari setiap PGD, atau membaginya menurut kebutuhan, misalnya 3 PGD dalam satu pelajaran, dan sisanya pada pelajaran berikutnya.

Singkatnya, Pendekatan Pola Gerak Dominan adalah pendekatan pengajaran senam yang lebih menekankan pada pemberian masalah-masalah gerak dari pola gerak dominan dalam senam, untuk dipecahkan melalui penemuan dan pengulangan yang mengarah pada berkembangnya pola gerak tersebut, yang didasari oleh pemahaman anak terhadap prinsip-prinsip mekanikanya.

b. Macam-Macam Pola Gerak Dominan Senam
Senam dapat dibedakan dari olahraga lainnya oleh seperangkat pola gerak dominannya yang unik. Kesemua pola gerak dominan itu adalah :

a. Landings (pendaratan)
b. Static position (posisi-posisi statis)
c. Locomotion (Gerak berpindah)
d. Swings (Ayunan)
e. Rotations (Putaran)
f. Springs (Tolakan)
g. Flight and height (Layangan dan ketinggian)


Untuk keperluan pengenalan pendekatan PGD, di bawah ini hanya akan diuraikan serba sedikit pola tersebut, sekedar mengetahui deskripsinya, mekanikanya, serta macam- macam PGD-nya. Kita mulai dari yang pertama.

1) Landing ( Pendaratan )
Istilah pendaratan diartikan secara meluas sebagai penghentian yang terkontrol dari tubuh yang melayang turun. Pendaratan bisa dilakukan pada kedua kaki, tangan, atau disebarkan pada bagian tubuh yang lebih besar, seperti pada punggung.

a) Deskripsi
Dari kesemua gerak yang ada, pendaratan merupakan pola yang paling penting, sebab, pertama, kemampuan dalam hal landing menjamin keselamatan, dan kedua, landing merupakan kegiatan yang paling umum dalam senam serta menjadi penentu keberhasilan dari hampir setiap elemen senam. Semua gerakan senam beserta setiap pola gerakannya ( mengayun, melayang, rotasi, dan posisi statis) berakhir pada pada sikap mendarat. Teknik pendaratan yang salah adalah sumber cedera, dan dalam senam kompetitif menjadi salah satu aspek yang dinilai juri.

b) Mekanika
Terdapat dua prinsip mekanik yang menentukan semua bentuk pendaratan yang harus difahami oleh setiap pelatih/ guru dan para peserta, yaitu
(1) Momentum dari setiap pendaratan harus diserap dalam periode waktu selama mungkin
Ilustrasi di bawah menggambarkan dua pendaratan yang sangat berbeda. Gambar satu menunjukkan pendaratan yang tidak aman, ketika pesenam mendarat dari ketinggian dengan mempertahankan tubuh yang kaku dan mendarat pada permukaan yang keras. Terjadinya pendaratan sangat cepat, sehingga menimbulkan benturan yang keras pada beberapa persendian, terutama pada tulang belakang. Gambar kedua menunjukkan teknik yang memadai, yang menyebabkan waktu pendaratan dapat disebarkan ke permukaan yang lembut, dan peristiwa pendaratan dilakukan dengan bagian kaki yang berbeda dalam urutan yang bertahap: pertama, ujung kaki, lalu seluruh kaki, kemudian membengkokkan lutut, dan terakhir membengkokkan sendi panggul, sebelum berdiri tegak.

(2) Momentum setiap pendaratan harus diserap dengan menggunakan sebesar mungkin bagian tubuh ( permukaannya )yang terlibat.
Pesenam dapat memperluas dasar tumpuan dengan membuka kaki selebar bahu, atau dalam pendaratan penyelamatan, pesenam harus meredam daya tubuh di atas daerah selebar mungkin dengan gerakan mengguling (roll). Gulingan badan bukan hanya memperluas bagian tubuh yang mendarat, tetapi juga memperlama saat pendaratan.

c) Jenis – jenis pendaratan
Sedikitnya terdapat empat macam pendaratan yang berbeda, yaitu :
(1). Pendaratan dengan kaki.
(2). Pendaratan dengan tangan.
(3). Pendaratan dengan putaran.
(4). Pendaratan dengan punggung rata.

2) Posisi Statis (Static position)
Statis berarti diam atau seimbang. Pesenam yang sedang dalam posisi diam adalah pesenam yang sedang dalam posisi seimbang. Pada saat demikian, titik pusat berat tubuhnya sedang tidak bergerak

a) Deskripsi
Yang dimaksud posisi statis adalah posisi tubuh yang dibuat oleh semua posisi “bertahan“ atau “diam” yang sangat umum dalam senam. Posisi ini biasanya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bertumpu (support), menggantung (hang), dan keseimbangan (Balance).

b) Mekanika
Untuk sebagian besar, pertimbangan-pertimbangan mekanika dalam posisi ini berhubungan dengan stabilitas equilibrium (titik berat tubuh dalam hubungannya dengan dasar tumpuan). Dalam hal ini, secara mendasar, pola ini menggambarkan hubungan antara titik berat tubuh (center of gravity) dengan dasar tumpuan (base of suport). Sebagaimana diketahui, titik berat tubuh tidak berada di titik yang tetap, tetapi bergerak sesuai dengan perubahan konfigurasi tubuh. Misalnya, dalam gambar dibawah terlihat bahwa titik berat tubuh bergeser ketika posisi tubuh berubah (perhatikan anak panah yang menunjuk letak dari titik berat tubuh ).

Dalam kaitannya dengan keseimbangan, terdapat empat prinsip yang harus diketahui bagaimana hubungan antara titik berat tubuh dan tumpuan itu.
(1) Jarak titik berat tubuh dari dasar tumpuan.
Maksudnya, semakin dekat antara titik berat tubuh ke dasar tumpuan, stabilitas semakin besar.
(2) Titik berat tubuh berhubungan dengan dasar tumpuan.
Maksudnya, jika titik berat tubuh berada dalam wilayah dasar tumpuan, maka keseimbangan semakin besar. Jika titik berat tubuh berada di luar dari wilayah dasar tumpuan, maka keseimbangan akan semakin kecil.
(3) Ukuran dasar tumpuan
Maksudnya, semakin besar dasar tumpuan, keseimbangan semakin besar.
(4) Segmen dari titik berat tubuh berhubungan dengan dasar tumpuan.
Maksudnya, jika tubuh dianggap segmen-segmen, maka stabilitas akan semakin besar jika titik berat dari setiap segmen tubuh itu tersusun secara vertikal di atas titik berat dari segmen yang ada di bawahnya.

c) Jenis – jenis posisi Statis
(1) Tumpuan (support)
Tumpuan adalah posisi statis yang stabil yang dilakukan dengan menggunakan tenaga tangan dan lengan agar tubuh serta bahu berada pada suatu alat. Pada posisi ini dapat dibedakan antara tumpuan depan, tumpuan belakang, tumpuan lengan atas, tumpuan lengan bawah, tumpuan samping, tumpuan memanjang, dan lain– lain.

(2) Gantungan (hang)
Gantungan adalah posisi statis di mana bahu berada di bawah suatu alat. Banyak pola gerak lain (seperti ayunan dan locomotion) yang berawal dari posisi menggantung sehingga kemampuan ini perlu dikembangkan terlebih dahulu. Latihan menggantung tidak dapat diabaikan, karena dapat mengembangkan kekuatan dan daya tahan pegangan (grip) dalam berbagai posisi yang mungkin dilakukan, sehingga mengembangkan juga kemampuan orientasi ruangnya. Hal ini berlaku juga dalam hal tumpuan, sehingga kekuatan dan daya tahan tumpuan harus dikuasai terlebih dahulu sebelum digabungkan dengan gerakan-gerakan lokomotor dan ayunan.
Untuk itu perlu diajarkan berbagai variasi pegangan menggantung seperti pegangan atas (over grip), pegangan bawah (under grip) pegangan campuran (mixed grip), pegangan silang (cross grip), dan pegangan L (elgrip/eagle). Di samping itu, gantungan dalam posisi tubuh yang berbeda-beda pun harus dikembangkan secara bertahap, seperti gantungan panjang (long hang).

(3) Keseimbangan (Balance).
Keseimbangan adalah aspek yang sangat penting dalam senam dan sampai pada tahapan tertentu sudah disimpulkan bahwa kemampuan ini dapat dilatih atau dikembangkan. Adapun macam-macam sikap keseimbangan dalam posisi statis ini bisa dibedakan antara keseimbangan dengan satu kaki, keseimbangan dengan pinggul, keseimbangan dengan lutut, keseimbangan dengan dua tangan, keseimbangan dengan satu tangan, serta keseimbangan dengan kepala.

3) Locomotion (Gerak berpindah tempat).
a) Deskripsi
Locomotion didefinisikan sebagai berulang-ulang memindahkan tubuh atau gerak tubuh atau anggota tubuh yang menyebabkan tubuh berpindah tempat.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat lokomotor di dalam senam bisa dibilang sering dilakukan dan bersifat unik (memanjat alat, dan lain-lain).

b) Mekanika.
Sebagaimana disepakati, kita definisikan bersama bahwa lokomotor adalah “ berulang-ulang memindahkan tubuh”. Agar hal itu bisa terjadi, orang yang bersangkutan harus mengerahkan daya internal (kontraksi otot) yang menggeser titik berat tubuh sehingga menyebabkan kehilangan keseimbangan, dan segera mengembalikannya.

c) Jenis-jenis lokomotor.
Dalam kaitan ini, lokomotor dapat dibagi dalam empat bagian besar, yaitu :
(1). lokomotor pada kedua kaki, misalnya berlari, hop, melompat, skip, berderap dan gerakan- gerakan tarian, dll. Untuk membuat variasi pada gerak di atas, bisa dilakukan dengan merubah arahnya, merubah jalurnya, merubah tingkat ketinggiannya, serta merubah iramanya, termasuk tempat gerakan dilakukan, apakah di lantai atau di atas alat tertentu.
(2). lokomotor dalam posisi bertumpu, misalnya gerakan-gerakan lokomotor menirukan gerakan-gerakan binatang seperti ulat ukur, anjing, gajah, buaya, kepiting, dll, serta gerak lokomotor bertumpu di atas alat senam seperti palang sejajar dan kuda pelana.
(3). lokomotor dalam posisi menggantung, misalnya naik tambang, menggantung di palang sejajar sambil bergerak, dsb.
(4). Lokomotor dengan menggunakan DMP yang lain, misalnya roll depan atau roll belakang sebagai contoh putaran, loncat-loncat dengan tangan maupun dengan kaki sebagai contoh DMP tolakan (spring).

4) Ayunan (Swing)
a) Deskripsi.
Ayunan adalah suatu gerak melingkar yang berporos di luar tubuh atau benda yang bergerak. Ayunan merupakan bagian yang integral dengan senam dan dapat diperkenalkan pada tingkat keterampilan manapun. Kegiatan-kegiatan pendahuluan yang berkaitan dengan gantungan dan tumpuan, termasuk berbagai macam pegangan (grip) dan posisi tubuh selama menggantung atau bertumpu merupakan dasar utama dari pembentukan keterampilan mengayun.
b) Mekanika
Terdapat tiga pertimbangan mekanika yang penting untuk dimengerti dalam gerakan ayunan:
(1) Terdapat suatu perbedaan kecepatan di dalam fase menaik (ascending) dan fase menurun (descending) dalam ayunan. Fase descending adalah fase disaat momentum ayunan dapat ditingkatkan sementara fase ascending adalah fase ketika momentum akan diturunkan. Hal ini tidak mengherankan jika kita mengetahui bahwa gaya tarik bumi mendukung kita pada fase descending atau ayunan ke bawah tetapi sebaliknya akan melawan pada fase ascending atau ayunan ke atas.
Untuk mengoptimalkan ayunan dan meningkatkan amplitudo ayunan kita harus mencoba meningkatkan efek positif dari gaya tarik bumi pada ayunan descending dan menurunkan efek negatif gaya tarik bumi pada ayunan ascending. Hal ini bisa dilakukan dengan memindahkan titik berat tubuh menjauhi poros ayunan (memanjangkan tubuh) pada ayunan descending dan memindahkannya mendekati poros ketika ayunan ascending (memendekkan badan dengan membengkokkan panggul dan kaki).

(2) Untuk memaksimalkan besarnya ayunan, posisi awal ayunan harus dilakukan setinggi mungkin. Hal ini akan menyebabkan pengaruh percepatan titik berat tubuh untuk menyalurkan jumlah gerak yang lebih besar dan memaksimalkan besar dari fase naik berikutnya.
(3) Prinsip penting lainnya untuk memaksimalkan besaran ayunan adalah meningkatkan (memperbesar) jarak antara titik berat tubuh dengan poros putaran (palang). Jarak antara titik berat tubuh dengan pusat putaran disebut radius putaran.

c) Jenis-jenis Ayunan.
Ayunan bisa dibedakan menjadi dua macam ayunan besar, yaitu :
(1). Ayunan dari gantungan, yang terdiri dari ayunan panjang (long swing), ayunan meluncur (glide swing), ayunan dengan posisi tubuh terbalik, serta ayunan melecut (beat swing).
(2). Ayunan dari tumpuan, yang bisa dibedakan lagi menjadi ayunan pada palang tunggal, misalnya ayunan tumpu depan, dan ayunan pada palang sejajar, misalnya cross support swing.

5) Putaran (Rotation)
Putaran mempunyai peranan penting dalam pengembangan koordinasi, menyediakan sedemikian banyak jenis variasi dalam program senam.
a) Deskripsi.
Berbeda dengan “ayunan” yang umumnya berporos eksternal seperti palang, gelang-gelang, dll, “putaran” berhubungan dengan gerak berputar yang berporos internal (tubuh), baik secara longitudinal, transversal, maupun medial (anterior-posterior). Banyak sekali istilah yang dipakai dalam kosa kata senam yang digunakan untuk menggambarkan atau menamai putaran di sekitar poros internal, misalnya skrup, twist, turn, sommersault, salto, pivot, pirouettes, spin, roll, circle, dll.

b) Mekanika.
Untuk memulai putaran, suatu daya harus dikerahkan sedemikian rupa sehingga ia tidak melewati titik berat tubuh. Lebih jauh daya tersebut melintas dari titik berat tubuh, maka semakin besarlah pengaruh putarannya. Jika daya tadi dikerahkan melalui titik berat tubuh, maka efek putarannya akan kecil atau tidak ada sama sekali, tetapi malahan memindahkan titik berat tubuh dalam arah dimana tadi dikerahkan.
Untuk mengubah rotasi yang sudah dimulai, kita tinggal membuat variasi pada distribusi massa tubuh di sekitar poros putaran tadi, yaitu dengan cara memindahkan massa tubuh mendekati atau menjauhi porosnya. Lebih dekat massa tubuh ke poros putaran akan menghasilkan kecepatan rotasi yang meningkat; sedangkan lebih jauh massa ke poros akan menghasilkan penurunan kecepatan.

c) Jenis- jenis Putaran
Seperti telah disinggung di bagian awal, putaran dapat dibedakan berdasarkan porosnya. Oleh karena itu, jenis-jenis putaran dapat dibedakan menjadi :
(1). Putaran yang Berporos Tranversal (dari samping ke samping). Putaran-putaran pada poros ini meliputi gerakan-gerakan seperti roll depan, roll belakang, salto depan, salto belakang, dll
(2). Putaran yang Berporos Longitudinal (memanjang dari kepala ke kaki). Putaran yang terjadi akan memungkinkan tubuh berputar secara memanjang seperti twist, pirouette, turn, dll. Yang membedakan berikutnya adalah jumlah dari putarannya, apakah satu putaran, setengah putaran, atau dua putaran penuh, dll.
(3). Putaran yang Berporos Medial (Anterior/Posterior=depan/ belakang), ke dalam putaran ini sedikit sekali gerakan dapat dibuat, seperti gerakan baling-baling dan round off.

6) Tolakan (Spring)
Tolakan dapat dilihat sebagai situasi ketika seseorang melontarkan dirinya ke udara. Oleh karena itu, jenis tolakan dalam senam dapat dibedakan dari caranya orang itu memilih bagian tubuhnya sebagai alat pelontar, yaitu kaki, tangan, dan kombinasi keduanya.

a) Deskripsi
Pola gerak dominan yang satu ini meliputi kegiatan-kegiatan yang menghasilkan perpindahan tubuh secara cepat seperti menolak (take-off) dari dua kaki untuk kuda lompat, tolakan dua tangan dalam banyak kegiatan tumbling dan kuda lompat, atau take off dengan satu atau dua kaki dalam leap (arah lompatan ke depan dan berganti kaki) dan lompat secara berturut-turut (jangkit).
Tolakan menuntut kekuatan yang digabung dengan kecepatan, atau yang sering disebut power. Tidak seperti kemampuan fisik yang lain, power berkembang sangat lambat, begitu juga teknik lompat yang efisien. Karenanya, kegiatan senam yang memakai pendekatan PGD akan merupakan kegiatan yang baik dalam mengembangkan power.

b) Mekanika
Untuk bisa memindahkan titik berat tubuh secara cepat suatu daya harus dikerahkan pada tubuh. Daya tersebut dapat merupakan hasil dari usaha internal seperti kontraksi otot atau bisa juga berasal dari dorongan luar (external) seperti dari papan tolak, palang, atau kekenyalan lantai. Semua daya itu harus :
(1). cukup besaran atau luasnya,
(2). dalam arah yang diinginkan,dan
(3). disalurkan ke tubuh yang keras dan kaku.
Meskipun ketiga kondisi di atas nampaknya mudah dipahami, secara praktek semua kondisi itu harus dilatih dengan benar agar semakin disadari dengan benar.
Khususnya prinsip ketiga, mengerahkan daya kepada tubuh yang kaku, harus benar-benar dapat dilakukan dengan baik, karena kalau tidak, daya itu akan diserap ke dalam tubuh daripada bertindak untuk memindahkan tubuh. Lihat contoh di bawah ini.
Untuk tolakan yang dimulai dari lari awalan, berlaku mekanika seperti:
• Lari dengan kecepatan yang terkontrol,
• Langkah transisi antara lari dan tolakan, di sebut hurdle, harus rendah dan cepat.
• Mengikuti kontak pertama yang singkat, pergelangan kaki, lutut dan persendian panggul memberikan sedikit lekukan untuk menghasilkan tenaga dorongan besar ketika bagian yang bengkok itu diluruskan dengan cepat dan bertenaga.
Untuk menciptakan tenaga ke atas dari tolakan yang diawali lari awalan, diperlukan derajat sudut tahanan (blocking angle) yang mencukupi. Ini berarti bahwa pesenam harus mencondongkan tubuh sedikit ke belakang dari garis vertikal sesaat sebelum menolak.

7) Layangan dan Ketinggian
a) Deskripsi
Layangan adalah peristiwa ketika tubuh sedang berada di udara, terbebas dari kontak dengan alat atau permukaan tanah.
Sedangkan ketinggian adalah besarnya jarak antara titik berat tubuh ke permukaan tanah.

a) Mekanika
Jalur layangan dari pesenam dibentuk dari tolakan, dan bergantung pada:
(1). Sudut tolakan atau lepasnya pegangan,
(2). Kecepatan tolakan,
(3). Ketinggian dari titik berat tubuh atau tolakan atau lepasnya pegangan.
Jalur layangan tidak dapat diubah. Setiap gerakan yang dilakukan setelah tolakan, seperti membengkokkan badan atau kaki, tidak berpengaruh apa-apa terhadap jalur layangan

Kamis, 29 September 2011

simulasi penelitian Tindakan kelas

LEMBAR SIMULASI


CONTOH USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS



 











UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MUNJUL
KABUPATEN PANDEGLANG














LEMBAR PENGESAHAN
Nama   :
...........................
...........................
...........................














Menyetujui :
Pendamping Penelitian







HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( CLASSROOM ACTION RESEARCH )

Judul Penelitian
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Dengan Pembelajaran Kontekstual Pada Kelas VIII Di
SMP NEGERI 2 MUNJUL KABUPATEN PANDEGLANG
Peneliti
a.  Nama Lengkap dan Gelar
b.  Jenis Kelamin
c.  Pangkat, Golongan, NIP
d.  Sekolah
e.  Alamat Sekolah
f.   Alamat Rumah

g.  Telepon/HP


Observer
Lama Penelitian
2 Bulan
Dari September s.d. Nopember
Besarnya Dana
Rp. 2.000.000


Mengetahui
Kepala Sekolah



Pandeglang,       September 2011
Peneliti




Menyetujui






Judul Penelitian
Upaya Meningkatkan Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dengan pembelajaran kontekstual pada Kelas VIII di SMP NEGERI 2 MUNJUL PANDEGLANG

Mata Pelajaran       :  Matematika
Bidang Kajian         :  Desain dan Strategi Pembelajaran


Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengelami sendiri apa yang dipelajari bukan mengetahuinya. Pendekatan kontekstual suatu konsep belajar mengajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuan. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menentukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (Pengalaman dan keterampilan) datang dari pembelajaran bukan apa kata guru.
Orientasi pembelajaran bergeser dari “Guru dan apa yang harus dilakukan” ke “Siswa dan apa yang harus dilakukan”. Dalam  pembelajaran kontekstual guru adalah seorang pendamping siswa dalam pencapaian kompetensi dasar.
Siswa mampu secara independent menggunakan pengetahuanya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum pernah dihadapi serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap belajarnya karna peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka.
Materi pelajaran akan lebih berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Perumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?
Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah?

Pemecahan masalah
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pembelajaran yang mereka pelajari dengan menghubungkan kontekstual lingkungan, pribadi, sosial, dan budaya.
Untuk mencapai tujuan tersebut sistem pembelajaran kontekstual akan menuntun siswa melalui delapan komponen utama pembelajaran kontekstual (1) melakukan kerjasama yang bermakna (2) mengerjakan pekerjaan yang berarti (3) mengatur cara belajar sendiri (4) bekerjasama (5) Berfikir kritis dan kreatif (6) memelihara pribadi siswa (7) mencapai standar yang tinggi (8) menggunakan penilaian autentik.

Pendekatan kontekstual adalah salah satu pembalajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu dicapai agar kelas lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari.
Apabila pembelajaran kontekstual diterapkan dengan benar diharapkan siswa akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang dipelajari dikelas dengan kehidupan sehari-harinya. Untuk itu guru harus memahami benar konsep pembelajaran kontekstual sehingga dapat mengarahkan siswa dengan tepatdan mendapat hasil yang maksimal.

Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah menguraikan tentang upaya guru dalam
1.   Menentukan stategi atau metoda yang digunakan.
2.   Membentuk cara berfikir siswa.
3.   Menentukan ketepatan dan kesesuaian penilaian bahan ajar.
4.   Kompetensi guru dalam bahan ajar.

Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah:
a.   Guru dapat memahami kesulitan belajar siswa sehingga perlu diupayakan langkah-langkah nyata tentang cara pemecahan masalah kentekstual.
b.   Guru dapat mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan memecahkan masalahnya secara tepat.
c.    Siswa dapat mengkaji secara realistis tentang langkah-langkah yang tepat dalam pembelajaran kontekstual sehingga mudah dalam mempelajarinya.


Kajian Pustaka
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengubungkan mata pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa belajar tidak dalam proses seketika.
Pengetahuan siswa diperoleh secara bertahap yang diperoleh dari ilmu pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Kemajuan belajar siswa dari proses dan hasil yang berbasis pada penilaian autentik. Guru senagai tenaga profesional harus dapat memberikan pelayanan terbaik dengan hasil yang memadai. Untuk pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip pembelajaran berikut:
1.   Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa.
2.   Membentuk kelompok yang solid.
3.   Menyediakan lingkungan yang mendukung terciptanya pembelajaran mandiri.
4.   Mempertimbangkan keragaman siswa.
5.   Memperhatikan multi intelegensi siswa.
6.   Menggunakan teknik bertanya yang tepat.
7.   Menerapkan penilaian yang autentik.

Agar proses pembelajaran kontekstual lebih efektif guru perlu melaksanakan :
1.  Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari siswa.
2.  Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa.
3.  Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa.
4.  Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa.
5.  Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk selalu mengaplikasikan teori dengan kehidupan sehari-hari.
6.  Melakukan penilaian terhadap pemahaman sisawa sebagai refleksi terhadap rancangan dan pelaksanaan pembelajaran.








Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah
Tahapan
Tingkah laku guru
Tahap I
Orientasi siswa kepada masalah




Tahap II
Mengorganisasi siswa untuk belajar



Tahap III
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok



Tahap IV
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Tahap V
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Grurumendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan maasalahnya.

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan model.

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka.

Rencana dan Prosedur Penelitian
1.   Rencana Penelitian
      Penelitian untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah daengan pembelajaran kontekstual kelas VIII SMP NEGERI 2 MUNJUL, PANDEGLANG, akan dilakukan selama 2 bulan dengan 3 kali tindakan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan alur : refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan perecanaan ulang.





2.    Prosedur Penelitian
Rancangan siklus I
  1. Refleksi Awal
Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi dan menganalisis masalah pembelajaran matematika dikelas VIII SMP Negeri 2 MUNJUL PANDEGLANG berdasarkan pngalaman guru dan pembelajaran dikelas.

2.    Perencanaan
Merumuskan masalah
Pada tahap ini peneliti merumuskan permasalahan yangmuncul pada pembelajaran dikelas serta menetukan merode yang akan digunakan.
Merumuskan hipotesis tindakan
Hipotesis pada siklus awal dirumuskan sebagai berikut:
a.    Pembelajaran kontekstual akan menumbuhkembangkan cara berfikir siswa.
b.    Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa.dalam pemecahan masalah.
Merumuskan rancangan tindakan
Rancangan tindakan yang diajukan :
a.    Menentukan standar kompetensi.
b.    Menentukan kompetensi dasar, indikator, rencana pelaksanaan pembelajaran dan alat evaluasi.
c.     Menentukan instrument penelitian

3.    Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan peneliti menyusun langkah yang meliputi proses pembelajaran dengan dua kali pertemuan yang meliputi :
Pertemuan pertama : 1. Pendahuluan
                                2. Inti Pembelajaran
Pertemuan kedua :   Evaluasi (tes tertulis)

4.   Pegematan
Pengumpulan data pada PTK ini dilakukan dengan pengamatan dengan pada proses pembelajaran yang meliputi kegiatan siswa dan guru.
Guru dibantu rekan sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang sedag berlangsung serta mencatat untuk disusun secara sistematis.




5.    Refleksi
Bersama-sama dengan observer peneliti melaksanakan analisis, sintesis pemaknaan mentabulasi daftar permasalahan. Hasil dari refleksi ini sebagai dasar rancangan pada siklus kedua.

Rancangan Siklus II
Berdasarkan siklus I rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II yang harus mendapat perhatian adalah proses pembelajaran.
a.           Rancangan Tindakan
1.  Menentukan kompetensi dasar, indikator, rencana pelaksanaan pembelajaran dan alat evaluasi
2.  Menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan siswa yang berkaitan dengan pemahaman dan kemapuan.
3.   Menentukan intrumen.
b.          Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan peneliti menyusun langkah yang meliputi proses pembelajaran dengan dua kali pertamuan yang meliputi :
Pertemuan pertama : 1.  Pendahuluan
                                 2. Inti Pembelajaran
Pertemuan kedua      : Evaluasi ( tes tertulis )

Rancangan Siklus III
Tahapan perencanaan pada siklus III meliputi hasil meliputi hasil tindakan refleksi siklus I dan siklus II yaitu :
·      Teknik pengumpulan data, pengamatan da catatan lapangan yang dipakai  menilai proses pembelajaran.
·      Studi dokumen untuk mengetahui peningkatan hasil belajar.
·      Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul.
·      Menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini terjpeningkatan pemahaman dan hasil pembelajaran atau tidak.
·      Tahap tidak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.
·      Pengambilan kesimpulan.










Biaya Penelitian
1.Biaya Persiapan
      1. Pengurusan Ijin                                        Rp.       100.000
      2. Transport Persiapan                                 Rp.       100.000
Biaya Penelitian
1.Biaya Persiapan
      1. Pengurusan Ijin                                        Rp.       100.000
      2. Transport Persiapan                                 Rp.       100.000
      3. Biaya Koordinasi                                      Rp.       100.000
                                    Jumlah                        Rp.       300.00            
2. Anggaran Dana Penelitian            
    Biaya Operasional
      Perencanaan Tindakan               
      - Observasi Awal                                          Rp.         75.000
      - Penyediaan Alat-alat Observasi                   Rp.         75.000
      Pembuatan alat-alat Penelitian
      - Transport Pembuatan RPP                          Rp.       100.000
      - Transport Pembuatan alat-alat Observasi     Rp.       100.000
      - Transport Pembuatan alat-alat Evaluasi       Rp.       100.000
      - Biaya Pembuatan Media Pembelajaran         Rp.       100.000
      - ATK                                                          Rp.       100.000
                                                Jumlah            Rp.       700.000
  

 3.  Biaya Implementasi Tindakan
      - Pelaks. sebanyak 3x Tindakan Oleh Guru     Rp.         150.000
      - Biaya Observasi dan Evaluasi                      Rp.         200.000
      - Biaya Analisis dan Refleksi                          Rp.         150.000
      - Biaya Pelaporan                                         Rp.         500.000
                                                Jumlah            Rp.      1.000.000


      Total biaya PTK                                        Rp.       2.000.000



Daftar Pustaka

Hisyam Zaini 2002 Strategi Pembelajaran Aktif CTSD ( Center For Teaching Develovment )
                       
Nurhadi2004 Pembelajaran Kontekstual dan penerapanya dalam KBK Universitas Negeri Malang

Ayi Olim 2006 Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam melakukan Tindakan Kelas Universitas Pendidikan Indonesia

Muslimin Ibrahim 2006 Pembelajaran kooperatif Pusat Saint dan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UNESA

















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan                 
Mata Pelajaran                       : Matematika
Semester                                 : I
Waktu                                      : 10 x 45  Menit

Standar Kompetensi :
Menggunakan Operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat akar dan algoritma persamaan dan fungsi kuadrat sistem persamaan linear-kuadrat, pertidaksamaan satu variable, logika matematika.

Kompetensi Dasar
Menggunakan sifat dan aturan tentang akar persamaan kuadrat diskriminan, sumbu simetri dan titik puncak dalam pemecahan masalah.

Indikator
Menentukan sifat dan aturan tentang akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran dan rumus menentukan jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat.

Materi Pokok Bahasan          
Persamaan dan Fungsi Kuadrat.


Tujuan Pembelajaran
Dapat mengaplikasikan konsep persamaan dan funsi kuadrat dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke I  ( 2x45 Menit )

Kegiatan Awal
Motivasi               : Menjelaskan bagaimana pentingnya Materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Apersepsi            : Mengulang kembali pelajaran yang telah dicapai di SLTP yang berkaitan dengan persamaan kuadrat




Kegiatan Inti
·    Siswa dibagi menjadi 9 kelompok tiap kelompok terdiridari 5 orang
·    Tiap kelompok diberi soal untuk mencari faktor dan akar-akar pers kuadrat
·    Tiap kelompok diberikan soal untuk menentukan diskriminan dan fungsi kuadrat
·    Kemudian menentukan titik potong dengan sumbu X dan titik puncak
·    Tiap kelompok membuat gambar dan menentukan jenis dan fungsi kuadrat

Kegiatan Inti
·   Setiap kelompok melaporkan setiap pekerjaanya
·   Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini

Pertemuan ke 2 ( 2x45 Menit )
Evaluasi

Pertemuan ke 3
Kegiatan Awal
Motivasi             : Menjelaskan bagaimana pentingnya materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan kompetensi yang harus dicapai

Apersepsi          : Mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari pada pertemuan 1-2 yang berkaitan dengan Persamaan dan fungsi kuadrat.

Kegiatan Inti     :  - Siswa dibagi 9 kelompok yang terdiri dari 5 orang
                             - Tiap kelompok diberi soal bentuk cerita dan harus di ubah menjadi bentuk matematika
                             - Kemudian menyelesaikan dan menentukan hasil dari soal tersebut.

Kegiatan Akhir :   - Setiap kelompok melaporkan hasil pekerjaanya
                             - Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini

Pertemuan ke-4 ( 2x45 )

EVALUASI



LEMBAR KERJA SISWA
                                                           
                                                            Kelompok        :...............
                                                            Kelas               :...............
Tugas Kelompok
1. Tentukan Faktor dan akar-akar Persamaan :
    a. x2 - 2x - 5 = 0 
    b. 2x2 - 5x - 12 = 0
    c. -3x2 - 10x + 5 = 0

2  Tentukan Diskriminan dari :
    a. f(x) = 2x2 – 3
    b. f(x) = 2x2 – 4x – 6
    c  f(x) = x2 – 4x + 9

3. Tentukan titik potong dengan sumbu x dan titik puncak dari soal no 2.




LEMBAR KERJA SISWA
                                                           
                                                            Kelompok        :...............
                                                            Kelas               :...............
Tugas Kelompok
1.   Dihalaman sebuah rumah  akan dibuat taman dengan luas 36m2. disekeliling taman harus disediakan jalan yang lebarnya sama. Jika luas tanah yang tersedia dihalaman rumah berukuran 10m x 5m, nyatakan pernyataan di atas dalam bentuk matematika!
2.   Sekarang umur ayah 4x lipat umur anaknya lima tahun yang lalu, hasil kali umur mereka 234, Nyatakanlah pernyataan di atas dalam bentuk matematika !
3.   Alas sebuah segitiga lebih panjang 2cm dari tingginya luas segitiga tersebut adalah 40cm2 . Tentukan ukuran segitiga tersebut !