Pengajaran Etika dalam pendidikan jasmani
Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah
laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani
harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar,
yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter
bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh
setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan
nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu :
1. Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial
terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat
luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga 13
kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan
penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin
menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di
lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai
bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana
yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli
soal, mark up nilai, pemaksaan pembelian buku dsb)
2. Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap
keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan
akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada
peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan
hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan
sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani.
3. Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu
jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun
non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku
positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga,
sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran
dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena
membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi.
4. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku
positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya
dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan
untuk di lakukan.
5. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga,
organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, teater,
dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan
kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam
dengan peserta didik. Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga