KESEPAKATAN KELAS
1. Apa keinginanmu jika bersekolah?
2. Teman bagaimana yang kamu inginkan?
3. Guru bagaimana yang kamu inginkan?
Dari tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada murid-murid, saya mendapat respon yang beragam dengan ekspresi yang menyenangkan. Mereka menjawab dengan senang hati dan dengan waktu 10 menit semua sudah selesai dan terkumpul di meja saya. Celetukan yang saya ingat adalah, “Pak… Saya ingin jadi guru yang seperti Pak Bambang…” “Kenapa begitu?” jawab saya. “Karena Pak bambang selalu tersenyum kalo kita berbuat kesalahan.” Padahal saya juga bisa memasang raut wajah marah :-) ”Terima kasih ya Nak,” jawab saya dengan senyum kembali. Setelah semua terkumpul, murid-murid saya mengerjakan tugas yang lain sementara saya mengidentifikasi apa sajakah yang mereka inginkan dari ketiga pertanyaan yang saya ajukan. Setelahnya saya bacakan apa saja yang menjadi keinginan mereka.
Setelah saya membacakan dan menuliskan di papan tulis hasil identifikasi keinginan anak-anak, kami pun membahas tentang tata tertib saat pelajaran berlangsung. Waaaaaa....Riuh rendah dengan banyak teriakan anak-anak mengungkapkan yang dikerjakan dan diinginkan. Semua berebut untuk menjawab. Nah… berawal dari kegaduhan yang sangat menarik saya mengarahkan untuk bergantian menjawab dan mendengarkan terlebih dahulu apa yang disampaikan teman-temannya. Akhirnya terdapat beberapa hal yang menjadi topik utama untuk dibahas dan muncullah dari saya istilah baru “Kesepakatan Kelas”.
Aku terbiasa :
1. Berdoa sebelum dan seduah melakukan sesuatu
2. Menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya
3. Berbicara sopan dan bekerja sama dengan siapapun
4. datang tepat waktu dan berpakaian rapi.
Konsekuensi yang harus diterima jika kesepakatan kelas tersebut tidak dilaksanakan adalah:
1. Jika masih banyak sampah di kelas, kelas tidak bersih, maka semua murid harus membersihkan kembali sepulang sekolah.
2. Jika meletakkan barang tidak pada tempatnya, maka saya mengingatkan agar mereka mau meletakkannya di tempat yang sesuai dengan memberikan penekanan kata, “Jika barang bisa kamu letakkan dengan benar dan rapi apa manfaatnya?”
3. Jika secara sengaja atau tidak sengaja berbicara tidak sopan, maka mereka harus memuji setiap orang atau teman yang ditemui selama satu hari
4. Jika masih menunjukkan sikap tidak menghargai seperti tidak mendengarkan guru atau teman yang sedang berbicara maka ia akan berpindah tempat duduk paling depan atau dipisahkan dengan kelompoknya sampai jam istirahat atau pulang sekolah.
5. Kerjasama adalah saling membantu dan saling mengingatkan jika ada teman yang membutuhkan bantuan karena di kelas banyak murid-murid (terutama ABK) yang membutuhkan bantuan. Jika sikap kerjasama tidak muncul maka siswa diajak bersama-sama melakukan refleksi di waktu akhir pembelajaran.
Tugas saya untuk selalu mengarahkan dan mengingatkan mana yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. Jika tidak menyelesaikan tepat waktu atau terlambat maka harus dikerjakan pada waktu istirahat atau pada waktu jam sepulang sekolah. Alhamdulillah setelah kesepakatan berjalan hingga saat ini dengan penuh tantangan, saya bisa mengembangkan model komunikasi yang tidak menekan namun mampu membuat murid merasa lebih dihargai, sehingga mereka nyaman belajar dan menunjukkan perubahan dalam hal disiplin dan tanggung jawab. Tidak lupa pula hasil kesepakatan dan bagaimana konsekuensinya saya sampaikan kepada orangtua melalui Grup WA. Jadi akan ada kontrol positif yang membuat anak-anak dapat meningkatkan tanggung jawab dan disiplinnya di rumah. Pada akhirnya, istilah kesepatakan kelas lebih mudah dipahami dan tidak terlalu menakutkan anak-anak jika dibandingkan kata-kata peraturan