Model
Pendidikan Kebugaran (Fitness Education)
Salah satu literatur yang banyak membahas tentang pendidikan Jasmani orientasi model kebugaran adalah Physical Education for Lifelong Fitness (AAHPERD). Buku ini mendeskripsikan model pembelajaran pendidikan jasmani dari perspektif health-related fitness education (steinhard, 1992). Model ini memiliki pandangan bahwa para siswa dapat membangun tubuh yang sehat dan memiliki gaya hidup aktif dengan cara melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-harinya. Namun kenyataan tersebut tidak mungkin dicapai tanpa adanya usaha karena sebagian besar anak dan remaja tidak memiliki kebiasaan hidup aktif secara teratur dan aktivitas fisiknya menurun secara drastis setelah dewasa. Untuk itu, program penjas di sekolah harus membantu para siswa untuk tetap aktif sepanjang hidupnya.
Kesempatan membantu para siswa untuk tetap aktif sepanjang hidupnya menurut model ini masih tetap terbuka sepanjang merujuk pada alasan individu melakukan aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa alasan individu melakukan aktivitas fisik adalah (1) aktivitas fisik meyenangkan, (2) dapat dilakukan rame-rame, (3) dapat meningkatkan keterampilan, (4) dapat memelihara bentuk tubuh, dan (5) nampak lebih baik. Beberapa alasan individu melakukan aktivitas fisik tersebut harus menjadi dasar dalam menerapkan model kebugaran ini.
1) Dasar penerapan model meliputi:
a) menekankan pada partisipasi yang menyenangkan pada kegiatan-kegiatan yang mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
b) menyediakan kegiatan-kegiatan kompetitif dan non-kompetitif dengan rentang yang bervariasi sesuai dengan tuntutan perbedaan kemampuan siswa
c) memberikan keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence) yang diperlukan siswa agar dapat berpartisipasi aktif secara fisik.
d) melakukan promosi aktivitas fisik/olahraga pada seluruh komponen program sekolah dan mengembangkan hubungan antara program sekolah dan program masyarakat.
Dengan menggunakan dasar penerapan di atas, model ini diharapkan dapat mengembangkan skill, kebugaran jasmani, pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dapat menggiring siswa memiliki gaya hidup aktif dan sehat (active-healthy lifestyles). Model pembelajaran ini berkeyakinan bahwa keberhasilan pendidikan jasmani berawal dari tertanamnya kesenangan siswa terhadap berbagai aktivitas fisik. Oleh karena itu, berbagai pembekalan seperti skill, kebugaran jasmani, sikap, pengetahuan, dan perilaku sehari-hari harus selalu berorientasi pada kesenangan dan keyakinan individu dalam rangka pembentukan gaya hidup aktif yang sehat di masa yang akan datang.
2) Karakteristik
Model kebugaran ini pada dasarnya merupakan model yang berorientasi pada materi ajar (subject oriented model), yang berlandaskan pada orientasi nilai penguasaan materi (disciplinary mastery value orientation). Namun, pada perkembangan sekarang ini, model ini seringkali merefleksikan orientasi nilai aktualisasi diri (self-actualization) atau perpaduan lingkungan (ecological integration). Beberapa program dari model ini, karenanya, mengintegrasikan pendidikan jasmani dengan konsep gaya hidup sehat (healthy lifestyle) yang lebih luas dengan komponen-komponen sosio-kultural (Jewett, dkk., 1995).
Peranan guru dalam penerapan model ini lebih ditekankan pada upaya untuk membimbing siswa pada program kegiatan kesegaran jasmani, mengajar keterampilan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan, menanamkan komitmen terhadap gaya hidup yang aktif, dan mengadministrasi program asesmen kesegaran jasmani individu siswa. Mengingat kritik yang mengatakan bahwa ruang lingkup dari program ini sangat terbatas pada aktivitas kebugaran saja, maka program ini berisikan pengembangan berbagai variasi keterampilan dan pengalaman yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi dalam aneka ragam olahraga dan aktivitas fisik.
3) Isu pelaksanaan model kebugaran jasmani
Realisasi pendidikan jasmani model kebugaran jasmani seringkali tidak memperhatikan konsep-konsep yang terkait dengan kebugaran jasmani dan keterkaitan aktivitas fisik untuk meningkatkan status kebugaran jasmani siswa. Anggapan kuat ciri khas model ini antara lain berisikan kegiatan tes kesegaran jasmani, membandingkan status siswa dengan standar orang lain, membujuk siswa dengan istilah “no pain, no gain”, dan aktivitas fisik di luar DAP yang seakan-akan menyiksa siswa dan merendahkan siswa. Program ini dibuat seakan-akan untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota militer yang akan berperang. Programnya terfokus pada aktivitas “melatih” dan bukan “mendidik.” Padahal aspek mendidik ini jauh lebih penting untuk memelihara gaya hidup dan kesehatan pribadi anak dalam menghadapi era baru dan teknologi tinggi di masa depan.
Apa yang diajarkan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah sekarang ini sangat mungkin menjadi faktor utama pembentuk kebiasaan (habit) dan sikap yang dapat dibawa sampai hari tua. Oleh karena itu harus diyakini bahwa apa yang diprogramkan oleh guru penjas bagi murid-muridnya harus menjamin terbentuknya kebiasaan positif dalam membentuk hidup aktif.
Masalah-masalah yang terkait dengan program kebugaran jasmani dalam lingkup pendidikan jasmani memang bersifat sangat kompleks dan tidak bisa dipecahkan secara sederhana. Apalagi jika memperhitungkan faktor pengaruh luar yang lebih kuat, seperti siaran TV yang lebih banyak membentuk kebiasaan hidup yang negatif. Karenanya, di pundak para guru Penjas terletak kewajiban untuk menyemaikan konsep dan kebiasaan hidup yang bisa menjamin generasi penerus tidak terancam masalah serius di kemudian hari.