Kedewasaan tidak akan lahir dengan hanya beradu pandang
dengan keindahan, kenyaman, dan kelapangan. Tapi sebaliknya,
kedewasaan lahir dari pergulatan, perbenturan, dan bertabrakan
dengan kenyataan hidup yang keras. Walaupun dalam pertarungan itu
kita tidak menang, namun setidaknya hal tersebut tidak menjadikan
kita sebagai manusia pengecut yang tidak pernah berani untuk
berkompetisi dan menerima tantangan...
Setelah bergulat tersebut, bukan berarti secara otomatis kita
mendapatkan wings kedewasaan. Justru proses setelah itulah awal
sebuah kedewasaan diuji. Bagaimanakah kita memandang sebuah
kemenangan dan bisakah kita menerima dengan legowo sebuah
kekalahan ?? Bila kita bisa menyikapi itu semua dengan bijaksana,
maka secara otomatis wings kedewasaan itu akan muncul dari dalam
jiwa yang selanjutnya terpancar dalam tutur dan sikap keseharian
kita.
dengan keindahan, kenyaman, dan kelapangan. Tapi sebaliknya,
kedewasaan lahir dari pergulatan, perbenturan, dan bertabrakan
dengan kenyataan hidup yang keras. Walaupun dalam pertarungan itu
kita tidak menang, namun setidaknya hal tersebut tidak menjadikan
kita sebagai manusia pengecut yang tidak pernah berani untuk
berkompetisi dan menerima tantangan...
Setelah bergulat tersebut, bukan berarti secara otomatis kita
mendapatkan wings kedewasaan. Justru proses setelah itulah awal
sebuah kedewasaan diuji. Bagaimanakah kita memandang sebuah
kemenangan dan bisakah kita menerima dengan legowo sebuah
kekalahan ?? Bila kita bisa menyikapi itu semua dengan bijaksana,
maka secara otomatis wings kedewasaan itu akan muncul dari dalam
jiwa yang selanjutnya terpancar dalam tutur dan sikap keseharian
kita.
"Jadi, orang yang berjiwa dewasa adalah individu yang selalu
mensyukuri sebuah kemenangan (selanjutnya bertekad untuk lebih
baik), dan tidak kelimpungan (reaktif gak jelas) bila menerima
kekalahan... "
mensyukuri sebuah kemenangan (selanjutnya bertekad untuk lebih
baik), dan tidak kelimpungan (reaktif gak jelas) bila menerima
kekalahan... "
Kalo boleh dan bisa dibilang, kedewasaan bisa diproyeksikan sebagai
bahan bakar untuk menciptakan sebuah peradaban baru. Peradaban yang
didalamnya penuh dengan individu yang mempunyai jiwa berkeadilan,
bijaksana, dan humanis. Yang selalu memenuhi rongga-rongga dadanya
dengan keikhlasan dan kebijaksanaan dalam memandang sebuah
permasalahan/ persoalan.
Untuk menuju ke arah sana diperlukan sebuah instrumen yang berlogo
psikologi kedewasaan (Sofyan, 2008)*. Psikologi yang mampu memutar
jiwa rapuh menjadi tegar, dan membalik jiwa-jiwa arogan menjadi jiwa-
jiwa tawadhu. Kedewasaan tidak bisa dipelajari secara akademik, dan
kedewasaan tidak bisa dibeli dengan mata uang manapun juga, tetapi
percayalah kedewasaan bisa diraih dengan cara selalu memandang dan
menempatkan hidup dan kehidupan secara bijaksana. Dan nikmatilah
itu semua sebagai sebuah skenario integral dari ALLAH.